Bikin E-Commerce Rp2 Miliar untuk Lindungi Produk Lokal

Suasana Pameran Jakcloth.
Sumber :
  • VIVAnews/Riska Herliafifah

VIVA – JakCloth, salah satu pameran produk fashion clothing line terbesar yang pernah ada di Indonesia, akan meluncurkan e-commerce atau jualan melalui online pada pertengahan April 2018.

Zulhas Ingin UMKM Lokal Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Co-Founder Jakcloth, Andro Rohmana Putra mengatakan, e-commerce ini dibuat murni berasal dari kocek perusahaan, meskipun sudah ada beberapa perusahaan modal ventura (venture capital company) tertarik membiayai.

Ia menolak secara halus venture capital karena ingin menunjukkan valuasi, yang tak lain, adalah profit bisnis terlebih dahulu.

PAN Dirikan 90 Stand Gratis untuk Pelaku UMKM di Semarang

Tak tanggung-tanggung, Andro mengaku telah 'membuang duit' hingga Rp2 miliar untuk membangun e-commerce yang namanya masih dirahasiakan ini.

"Kami ingin besar dahulu. Jadi tidak sekarang (disuntik dana oleh venture capital)," kata dia kepada VIVA, di acara “The Mighty Generations: The Future in Your Hands!” di Jakarta, Minggu, 17 Desember 2017.

Zulhas: Pemerintah Perketat Impor Biar UMKM Tumbuh

Pria asal Madiun, Jawa Timur, ini mengaku sebenarnya sudah pernah membuat e-commerce di awal 2015 namun gagal. Namanya Jakclothshop.com.

Kala itu, Andro menyebut sudah menggelontorkan dana sekitar Rp500 jutaan. "Itu dari dana kita juga. Gagal karena kita nggak pakai konsep," paparnya.

Meski pernah gagal tapi ia dan pendiri Jakcloth lainnya, Ucok Nasution, tidak kapok.

Dimudahkan internet

Karena, salah satu alasan kembali membuat e-commerce adalah demi melindungi merek dan produk clothing lokal di tengah maraknya clothing asing masuk pasar Indonesia dengan harga jauh lebih murah.

Sejak berdiri pada 2008 hingga sekarang, Andro mengaku memiliki sekitar 600 anggota. Pada kesempatan yang sama, mantan jurnalis televisi, Grace Natalie, mendorong generasi mudah untuk jeli melihat peluang-peluang baru.

Menurut dia, betapa beruntungnya generasi sekarang dengan kehadiran teknologi informasi, khususnya internet. "Dulu, orangtua kita kalau mau membangun usaha transportasi harus punya kendaraan sendiri. Itu mahal biayanya," ungkapnya.

Namun, saat ini, untuk mendirikan usaha transportasi tidak perlu memiliki kendaraan sendiri. Wanita yang juga Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia itu mencontohkan CEO Gojek Nadiem Makarim yang dinilai cukup jeli melihat bisnis.

"Dia menjadi jembatan antara mereka yang punya motor atau mobil dengan para penumpang. Dengan internet, dunia berubah. Ilmu ada semua di sana. Tinggal kita mencarinya,” tutur Grace. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya