- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA – Deputi Teknologi Informasi Energi dan Mineral Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Andhika Prastawa menuturkan, keamanan siber dan jaringan listrik pintar merupakan hal yang tidak bisa dielakkan. Dua hal ini sudah menjadi tuntutan dari perkembangan teknologi informasi dewasa ini, terlebih Indonesia sedang memasuki era digitalisasi.
Dalam kerja sama dengan PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya, BPPT sepakat untuk menerapkan sistem jaringan listrik pintar dalam penyaluran listrik dari pembangkit ke para pelanggan di Tanah Air, khususnya di Jakarta. Satu hal yang perlu diperhatikan, kata Andhika, adalah masalah keamanan jaringan listrik pintar ini.
"Kembali lagi tentang platform komunikasinya. Pada umumnya menggunakan internet. Internet itu kan seperti jalan raya, semua orang bisa melewatinya dan bisa melihat datanya, bisa mengaksesnya. Nah, untuk mengatasinya, ada sebuah sistem semacam saringan dan otentikasi, atau pengacak data," ujarnya usai mengisi seminar 'Smart Grid dan Aspek Cyber Security dalam Power System' di gedung BPPT, Jakarta, Selasa 17 Oktober 2017.
Andhika melihat, jaringan kelistrikan sekarang ini masih menerapkan sistem satu arah. Artinya, pembangkit listrik hanya melaksanakan tugasnya untuk menyalurkan listrik ke pelanggan saja atau hanya mengukur kilowatt hour (kwh). Tidak mengolah data tentang seberapa besar tegangan yang digunakan pelanggan, biaya yang dikeluarkan pelanggan saat meteran sedang tinggi, atau peringatan lainnya dari PLN.
"Dengan smart grid, pelanggan bisa juga ngukur arus, tegangan, port komunikasi, sehingga dari tiap-tiap titik operator (PLN) bisa tahu. Engak cuma PLN, bahkan pelanggan pun bisa tahu yang dilakukan PLN. Sistemnya jadi dua arah, di sini pelanggan bisa berpartisipasi untuk ikut mengefisienkan sistem pembangkit karena sudah ada pemberitahuan sebelumnya," papar Andhika.
Oleh karena itu, dengan adanya otentikasi dan pengacak data pada jaringan listrik pintar, data pelanggan akan terjamin kerahasiaannya.
"Data kemudian dipecah-pecah, tapi menggunakan 'kunci'. Jadi, ibaratkan data saat melewati jalan raya itu, kemudian bentuknya acak-acakan, lalu melewati jaringan kunci tadi, sampai di lokasi data sudah rapi dan bisa diterima," ungkapnya.