Hoaks Sering Viral, Kominfo Gencarkan Literasi Media Sosial

Aksi kampanye anti-hoax di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA.co.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika terus menggencarkan program edukasi dan literasi bagi pengguna media sosial. Di tengah pertumbuhan jumlah pengguna internet di Indonesia yang pesat, sayangnya tak didukung dengan bekal literasi digital, sehingga masih marak informasi palsu atau hoaks. 

Heboh Kabar Hoax, Pedangdut Cita Rahayu Disebut Meninggal Dunia

Menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII, pada 2016 penetrasi pengguna internet Indonesia diperkirakan mencapai 132,7 juta pengguna, atau sekitar 52 persen dari jumlah penduduk. Jumlah pengguna seluler malah sudah jauh melampaui jumlah penduduk, yaitu sekitar 282 juta pengguna, 13 persen lebih banyak dari jumlah penduduk. 

“Faktanya, pesatnya pertumbuhan pengguna internet, terutama pengguna media sosial, ternyata tidak diikuti dengan pengetahuan dan kesadaran bermedia sosial yang bijak,” kata Gun Gun Siswadi, Staf Ahli Menkominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa dalam keterangannya di Jakarta, Kamis 12 Oktober 2017. 

Tanggapi Berita Hoax, Depe: Setiap yang Viral, di Situ Ada Dewi Perssik!

Potret minimnya literasi bisa dilihat dari beredarnya informasi palsu dan sesat, tetapi ramai diviralkan pengguna internet Indonesia, tanpa pengecekan validasinya. 

Karena itu, menurut Gun Gun, Kominfo turun tangan dengan gencar mengampanyekan edukasi, literasi, dan sosial bagi pengguna media sosial. Tujuannya pengguna internet selalu teliti, saat memasuki dunia maya, tidak cepat terpancing dengan berbagai promosi, iklan dan informasi yang belum valid.

Dikabarkan Meninggal Dunia, Gilang Dirga Tak Marah, Kenapa?

“Media sosial kini banyak digunakan oleh berbagai pihak sebagai wadah penyebaran konten negatif berupa hoaks ujaran kebencian, berita palsu, dan radikalisme," ujar Gun Gun.

Beredarnya konten negatif itu, ujarnya, bisa mempengaruhi cara berpikir pengguna internet yang lemah dalam literasi. Dengan bekal literasi, dia meyakini pengguna internet bakal hati-hati dengan konten berbau radikalisme sampai intoleransi yang menyebar di media sosial, baik YouTube, Instagram dan Twitter.

“Pemerintah tentu tidak akan tinggal diam menyikapi ini. Lewat program ini (literasi, edukasi dan sosialisasi), kita ingin tumbuhnya kesadaran akan pentingnya menjadi pengguna media sosial yang bertanggung jawab dengan penanaman nilai Kebhinekaan, Keagamaan, serta literasi media,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya