Cara Unik Gerakan Antihoaks Kampanye Positif di Medsos

Menkominfo Rudiantara (tengah berbatik).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – Sebuah gerakan antihoaks yang menamai dirinya Gerakan Nasional Literasi Digital #siberkreasi punya cara unik mengajak warganet untuk menyebar konten positif.

Heboh Kabar Hoax, Pedangdut Cita Rahayu Disebut Meninggal Dunia

Melalui sebuah video kampanye berjudul 'Cek Dulu', membuat semangat pendengar agar mengecek dahulu informasi sebelum menyebarkannya di media sosial. Tema gerakan yang digalakkan 'Think Before You Post'.

"Hal yang menjadi perhatian kami dalam gerakan ini adalah perkembangan infrastruktur yang tak diimbangi pendidikan membuat pemanfaatan teknologi oleh masyarakat tak seimbang. Karenanya, gerakan ini hadir untuk meningkatkan literasi digital," ujar Ketua Umum Gerakan Siber Berkreasi, Dedy Permadi di Jakarta, Senin, 2 Oktober 2017. 

Dikabarkan Meninggal Dunia, Gilang Dirga Tak Marah, Kenapa?

Ia menyebut, sudah ada 37 organisasi tingkat nasional baik badan pemerintah atau non-pemerintah yang sudah bergabung dalam gerakan #siberkreasi.

Selain itu, gerakan ini juga menggandeng sejumlah influencer (orang yang mampu mempengaruhi) untuk ikut berbagi konten positif di internet.

Dikabarkan Meninggal Dunia, Ivan Gunawan Kirim Doa untuk Penyebar Hoax

Sejumlah influencer yang terlibat dalam gerakan ini antara lain Marcella Zalianty, Project Pop, Marsha Tengker, Dennis Adhiswara, termasuk Prilly Latuconsina.

Penjaga kebenaran

"Para artis diajak karena mereka aktif di media sosial," kata dia. Pada kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, ikut hadir ketika #siberkreasi menggalakkan konten positif.

Ia menyambut baik gerakan tersebut. Rudiantara menyatakan, bahwa gelombang teknologi digital tidak bisa diadang, dan saat ini pun media sosial tidak terdengar asing bagi masyarakat Indonesia.

"Pembangunan infrastruktur akan terus dilakukan. Tapi hal ini harus dibarengi dengan memperhatikan konten. Sebab, kalau kapasitas dan pipanya terus diperbesar tapi kontennya tak dikelola dengan baik malah akan menjadi bumerang," ujar pria yang akrab disapa Chief RA itu.

Selain gerakan-gerakan antihoaks, Rudiantara berharap adanya keikutsertaan media-media mainstream. Sebab, media pastinya mengedepankan ketepatan, bukan kecepatan seperti media sosial.

"Media mainstream menjadi penjaga di dunia pers, penjaga kebenaran, Think Before You Post, jangan biarkan jempol lebih cepat dari otak." (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya