Kantor Twitter Dicoret-coret dengan Ujaran Kebencian

Coretan vandal di kantor Twitter di Hamburg, Jerman
Sumber :
  • YouTube via Reuters

VIVA.co.id – Seorang seniman Jerman-Israel, Shahak Shapira, menuduh Twitter gagal menghapus postingan ujaran kebencian. Sebagai protesnya, sang seniman dengan terang-terangan melakukan aksi vandal di depan kantor Twitter di Hamburg, Jerman.

Anti-Islam Meningkat Pesat di India Gegara Ini

Shapira itu menuliskan ujaran-ujaran kebencian yang pernah ia baca di Twitter, menggunakan cat semprot berwarna putih di depan kantor Twitter tersebut.

Dalam sebuah unggahan di YouTube memperlihatkan Shapira beserta dan rekannya sesama aktivis mencoret halaman kantor Twitter dengan stensil. Pada coretan itu berbunyi, ‘Jerman membutuhkan jalan keluar untuk Islam’ dan ‘Mari kita serang orang-orang Yahudi’. Coretan tentang orang Yahudi itu mirip dengan propaganda Nazi dalam genosida Perang Dunia Kedua.

Ujaran Kebencian Terhadap Muslim di India Meningkat 62 Persen, Ini Pemicunya

Shapira mengatakan, dia telah melaporkan sekitar 300 insiden ucapan kebencian di Twitter. Namun hanya menerima sembilan tanggapan dari perusahaan tersebut.

"Jika Twitter memaksa saya untuk melakukan hal seperti ini, maka mereka harus melihatnya," katanya, seperti dikutip dari Reuters, Kamis 10 Agustus 2017.

GP Ansor Bubarkan Pengajian Syafiq Basalamah, Tere Liye Semprot PBNU: Jangan Dikit-dikit Keberatan

Seorang juru bicara Twitter mengatakan, perusahaan  tidak akan berkomentar mengenai hal-hal spesifik dari akun individu, karena alasan privasi. Namun, ia menegaskan Twitter menerapkan peraturan secara ketat dan telah meningkatkan kebijakan penyalahgunaan pada jaringannya.

"Twitter sekarang mengambil tindakan pada 10 kali lebih cepat pada akun-akun anonim yang mengutarakan ujaran kebencian, dibandingkan dengan tahun lalu," ujar juru bicara itu kepada Reuters.

Sementara itu, Shapira menyebutkan berbeda dengan Twitter, Facebook justru merespons lebih cepat aduannya. Facebook, kata Shapira, telah menghapus 80 persen dari sekitar 150 komentar ucapan kebencian yang dia laporkan.

Dalam beberapa kesempatan ketika Twitter menghapus postingan ofensif, Shapira mengatakan dia tidak pernah menerima laporan tentang kabar penghapusan tersebut.

"Saya memilih beberapa tweet yang tidak mereka hapus, dan kemudian datang ke Hamburg untuk menempatkan tweet ini di depan kantor Twitter. Besok, mereka harus melihat tweet yang mereka abaikan,” tegasnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya