Proyek Ini Bikin Kamera Berfungsi Layaknya Otak Manusia

Ilustrasi teknologi kecerdasan buatan.
Sumber :
  • www.pixabay.com/PIRO4D

VIVA.co.id – Periset di Eropa sedang mengembangkan kamera yang benar-benar bisa berpikir sendiri. Kamera ini dirancang menggunakan sistem algoritma mirip otak manusia, yang mampu memproses gambar dan sensor cahaya, serta meniru retina mata.

Berharap Implementasi AI Bisa Lebih Luas

Kamera berukuran mini ini diharapkan bisa segera mengemas kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) ke dalam barang elektronik kecil. Seperti halnya kamera AI yang membuat fitur smartphone nampak menarik, tujuan terbesar teknologi ini sebenarnya adalah untuk mempercepat laju mobil tanpa sopir dan pesawat tak berawak, agar bereaksi terhadap lingkungan sekitar.

Kamera digital konvensional yang digunakan pada mobil, pesawat tak berawak, komputer, dan perangkat pengawasan, menangkap banyak informasi asing yang memakan ruang memori. Sebagian besar data berulang, karena adegan yang ditonton kamera tidak banyak berubah dari frame ke frame. Selain itu, masa pakai baterai kamera tipe ini mahal. 

AI Bisa Tahu Hidup dan Mati Manusia

Berbeda halnya dengan jenis kamera AI satu ini, yang disebut sebagai kamera berbasis ultra low power event atau Ultra Low Power Event Camera (ULPEC). Ini akan memiliki sensor piksel yang hidup kembali saat kamera siap merekam gambar atau kejadian baru. Memori dan fitur penghemat daya dalam yang ditanamkan di dalamnya tidak akan memperlambat kinerja kamera.

Komponen

6 Laptop Bertenaga AI Siap Ramaikan Pasar Indonesia

Tim penemu ULPEC menyebutkan, kamera ini memiliki komponen listrik baru yang memungkinkannya bereaksi terhadap perubahan cahaya atau gerakan dalam sebuah adegan hanya dalam hitungan mikrodetik (sepersejuta detik). Kemampuan ini jauh dibandingkan dengan kamera digital kekinian yang mampu menangkap gerakan hanya dalam hitungan milidetik (seperseribu detik).

"ULPEC hanya merekam atau mengambil gambar apabila cahaya yang menyerang sensor pikselnya melintasi ambang batas dari yang telah ditentukan sebelumnya," kata Ryad Benosman yang memimpin tim peneliti, dikutip dari laman Scientific American, Jumat 22 Juni 2017.

Ryad dan timnya mengembangkan algoritma AI untuk jaringan saraf tiruan yang berfungsi sebagai otak kamera.

Sensor foto kamera, yang menjadi matanya ULPEC, terdiri dari potongan-potongan kecil semikonduktor dan sirkuit pada silikon. Potongan ini akan mengatur perubahan cahaya menjadi sinyal listrik yang dikirim ke jaringan saraf. Sirkuit terpadu dan sebuah komponen elektronik tipe baru di dalam potongan itu akan memancing resistor memori, yang bertindak setara dengan koneksi sinaptik. Di sinilah seluruh informasi yang ditangkap kamera akan diproses.

"Salah satu tantangan terbesar untuk penelitian kami adalah kebanyakan teknologi resistor memori masih dalam tahap pengembangan. Inilah alasan mengapa proyek ULPEC diprediksi tidak akan bertahan hingga tahun 2020," kata profesor di Universitas Pierre and Marie Curie, Paris, Prancis itu.

Para periset berencana menempatkan 20.000 resistor memori atau memristor pada microchip kamera AI. Sedangkan nilai dari proyek ULPEC telah menyentuh angka US$5,57 juta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya