2022, Dunia Butuh 1,8 Juta Pasukan Hacker Putih

Hacker Facebook
Sumber :
  • http://review-newgadget.blogspot.com

VIVA.co.id – Para ahli, atau profesional di keamanan siber, atau yang biasa disebut hacker putih, benar-benar sangat dibutuhkan di era seperti ini. Perusahaan dan organisasi bisnis di dunia membutuhkan jutaan hacker putih untuk bisa melindungi mereka sampai tahun 2022.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

Lalu, berapa jumlah hacker putih yang dibutuhkan untuk melindungi seluruh dunia dari kejahatan dunia maya? Jawabannya, ada di laporan riset pasar yang dilakukan Frost and Sullivan.

Dalam laporan yang bertajuk 2017 Global Information Security Workforce Study, diketahui jika dunia membutuhkan sebanyak 1,8 juta orang hacker putih profesional untuk bisa memberikan kepastian keamanan. Demikian dilansir dari V3.co.uk.

Indonesia Mendapat 97 Ribu Serangan

Jutaan profesional itu dibutuhkan di seluruh dunia, termasuk perusahaan di Eropa dan Asia. Sebanyak 40 persen perusahaan di negara-negara tersebut, berniat untuk meningkatkan keamanan jaringan sibernya sebanyak 15 persen dalam kurun lima tahun ke depan.

Menurut Frost and Sullivan, keamanan siber merupakan topik utama di kalangan perusahaan dunia saat ini. Tidak ada yang luput dari kejahatan siber. Jika ada perusahaan yang belum mendapat 'teguran' atas kerentanan sistemnya, bisa jadi perusahaan itu sudah diretas secara diam-diam, atau ada karyawan yang masih menggunakan Windows XP dan membuka lampiran acak, atau mendownload aplikasi yang berbahaya.

Angkatan Udara Kebobolan, Percakapan 4 Perwira Tinggi Berhasil Disadap di Singapura

Yang menarik, laporan itu menyebutkan, walau menginginkan keamanan tinggi, namun sebanyak dua per tiga dari perusahaan itu mengaku tidak memiliki banyak pekerja ahli dalam bidang keamanan siber. Bahkan, staf yang dipekerjakan tidak update dengan ancaman yang ada belakangan ini. Padahal, serangan hacker makin hari makin buruk.

"Pada 2022 nanti, kita butuh 1,8 juta pekerja keamanan siber. Angka ini naik 20 persen dibanding prediksi yang pernah kita buat 2015 lalu," tulis laporan itu.

Diyakini Frost and Sullivan, meningkatnya produksi perangkat untuk kelas konsumen merupakan pemicu naiknya ancaman kejahatan siber. Perangkat konsumen yang dimaksud, mulai dari perangkat wearable, mobil robot, sampai internet of things. 

Ke depan, manajemen infrastruktur penting di dunia akan terkoneksi dengan sistem internet, seperti pembangkit listrik, sinyal lalu lintas, dan lainnya. Ancaman terhadap infrastruktur penting itu akan berakibat pada rentannya keamanan publik, privasi dan stabilitas ekonomi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya