Rudal Hipersonik Zircon Bikin Pertahanan Barat Keok

Ilustrasi kapal fregat Rusia menembakkan rudal.
Sumber :
  • GlobalSecurity.org

VIVA.co.id – Rusia mengatakan telah melakukan tes rudal hipersonik yang menurut para ahli militer bisa membuat pertahanan Barat “usang”. Rudal bernama Zircon ini telah diuji coba dan berhasil.

Kepala BMKG: Ledakan Nuklir Bisa Memicu Gempa, Tapi ...

Hal ini lebih cepat setahun dari yang dijadwalkan. Zircon dapat diluncurkan dari platform peluncuran universal 3C14 yang juga digunakan untuk rudal Onyx dan Calibre.

Rudal tersebut hampir tidak mungkin dicegat karena mampu terbang hingga delapan kali kecepatan suara. Zircon diharapkan akan dipasang pada kapal penjelajah nuklir Peter The Great dan Admiral Nakhimov.

Jokowi Ingin TNI Kuasai Teknologi Pertahanan

Analis Pertahanan Tim Ripley mengatakan bahwa rudal hipersonik Rusia akan menempuh jarak 7.400 kilometer per jam dan menggambarkannya sebagai lompatan kuantum dalam teknologi.

"Rudal ini sangat berpotensi membuat pertahanan antipesawat Barat seperti tidak berguna. Barat tidak akan mampu mempersiapkan sistem pertahanannya untuk membalas serangan Zircon," katanya, seperti dikutip Mirror, Senin, 5 Juni 2017.

Drone Milik AS Ketahuan Mondar-mandir Pantau Perbatasan Rusia

Teknologi antikapal ini mampu menempuh jarak tempuh 250 kilometer (155 mil) hanya dalam 2,5 menit. Kecepatannya diyakini membuat Zircon begitu cepat sehingga tahan terhadap serangan balasan dengan teknologi konvensional.

Senjata atau pesawat ini dikategorikan masuk kelas hipersonik jika mampu mencapai kecepatan 5 Mach atau lebih. Mereka sangat sulit untuk dicegat karena kecepatan luar biasa dan kemampuan manuvernya.

Teknologi hipersonik, diyakini Ripley dan beberapa ahli militer, sebagai game changer di peperangan masa depan. Sejatinya, Zircon direncanakan untuk diuji coba antara 2018 dan 2020.

Uji coba ini juga sebagai persiapan di kala hubungan Barat dan Rusia berada pada titik paling rendah sejak Perang Dingin. Hal tersebut akumulasi dari krisis di Ukraina, perang di Suriah, serta dugaan campur tangan dalam politik Barat, terutama pemilihan presiden AS tahun lalu. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya