Yang Terjadi pada Otak saat Berpuasa

Ilustrasi otak.
Sumber :
  • Pixabay/Geralt

VIVA.co.id – Menjalankan puasa dengan menahan dahaga dan lapar sekitar 14 jam ternyata punya manfaat bagi otak dan kesehatan tubuh. Selama waktu tersebut, tubuh mengalami proses metabolisme, makanan didaur ulang sekitar delapan jam. 

Menata Hati Sambut Bulan Suci

Rinciannya, empat jam makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dibantu asam lambung dan dikirim ke usus. Empat jam berikutnya, makanan diubah menjadi sari makanan di usus kecil, selanjutnya diserap pembuluh darah dan dikirim ke seluruh tubuh. Sedangkan sisa waktu enam jam merupakan waktu ideal bagi sistem pencernaan untuk istirahat.

Spesialis senior Divisi Neurobiologi Universitas California, Irving, Amerika Serikat, Taruna Ikrar menuturkan, pada fase istirahat 6-8 jam tersebut terjadi degradasi lemak dan glukosa darah. Pada fase ini terjadi juga peningkatan high density lipoprotein (HDL) dan apoprotein alfa1 serta penurunan low density lipoprotein (LDL).

Mudik Lebaran 2017, Sebanyak 5,8 Juta Orang Naik Kereta Api

"Ini amat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah karena HDL berefek baik bagi kardiovaskular, sedangkan LDL berefek negatif bagi pembuluh darah. Itu menjauhkan serangan jantung dan pembuluh darah," ujar dia kepada VIVA.co.id, Senin 29 Mei 2017. 

Peneliti Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar itu mengatakan, berpuasa juga punya manfaat secara psikologis. Dia menuturkan, ketenangan dan pengendalian emosi pada orang yang berpuasa menurunkan adrenalin yang membantu memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner. Selain itu, juga meningkatkan tekanan darah arterial, menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah.  

Libur Lebaran, Peredaran Uang di Jawa Barat Capai Triliunan

"Itu semua meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung, dan otak, seperti jantung koroner dan stroke," kata dia.

Pola makan saat puasa yang rotatif terbukti baik untuk kesehatan. Taruna mengatakan, dalam penelitian endokrinologi, pola makan puasa itu menyebabkan keluarnya hormon sistem pencernaan, seperti amilase dan insulin, dalam jumlah besar sehingga meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan tubuh.

Manfaat bagi otak

Puasa juga bermanfaat bagi kesehatan otak dan ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Taruna mengungkapkan, penelitian plastisitas dan neurogenesis (kelenturan dan perkembangan otak), membuktikan pada dasarnya sinapsis (jaringan otak) dapat berkembang berdasarkan faktor lingkungan, kejiwaan, dan makanan yang dikonsumsi. 

Studi Johansen-Berg dan kawan-kawan yang tertuang dalam Neuron Journal edisi 2012 menjelaskan, sinapsis di otak dapat berubah selama 24 jam yang terekspos pembelajaran dan latihan.
 
Sementara itu, ujar Taruna, melalui puasa sebulan penuh, berdasarkan plastisitas, neurogenesis, dan fungsional kompensasi, jaringan otak diperbarui. 

"Terbentuk rute jaringan baru di otak, yang berarti terbentuk pribadi/manusia baru secara biologis, psikologis, dan fungsional," ujar Taruna. 

Secara fisik, kata dia, puasa mengurangi potensi stroke dan jantung koroner serta menjadikan manusia dengan pikiran lebih baik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya