Ilmuwan Ingatkan Banjir Nabi Nuh Bisa Terjadi Lagi

Lapisan es di Pine Island, wilayah barat Antartika.
Sumber :
  • NASA

VIVA.co.id – Peneliti dan ilmuwan mengingatkan potensi buruk daratan es Antartika yang runtuh akan berdampak bagi dunia. Kondisi tersebut bisa mengulang sejarah, yang mana pernah terjadi banjir besar pada zaman Nabi Nuh.

Kasus Dengue di Indonesia Meningkat Dua Kali Lipat efek El Nino, Menurut Kemenkes

Peringatan ini disampaikan menyusul daratan es di Antartika kian berubah dari dekade ke dekade. Jika kondisi ini terus berlangsung, ilmuwan meyakini banjir besar seperti zaman Nabi Nuh bisa terjadi lagi melanda dunia.

Dikutip dari The New York Times, Senin 22 Mei 2017, dalam laporannya, jika lapisan es di antartika hancur, maka dampaknya akan menaikkan tingkat  permukaan laut menjadi lebih dari 48,7 meter. Itu artinya bisa mengacaukan dunia 

Terpopuler: Militer Indonesia Ditakuti Israel, Inggris Resesi, Mata Cewek Tertancap Spion Motor

"Saya tak berpikir banjir yang ada pada kitab suci (banjir Nabi Nuh) adalah dongeng semata," jelas pakar glasiologi, Terence J. Hugnes. 

Hugnes mengatakan 'peringatan' potensi banjir Nabi Nuh bisa dilihat dengan makin terjadinya banjir besar di seluruh belahan dunia. Fenomena itu, kata dia, mengingatkan ingatan kolektif manusia yang terpaku dalam kisah di kitab suci maupun di kisah epik lainnya. 

Iran Deklarasikan Bahwa Benua Antartika Kini Milik Mereka

Pernyataan Hugnes itu memang beralasan. Sebab, ilmuwan telah berpikir tentang dampak runtuhnya es di Antartika bagi belahan dunia lainnya. Bahkan prediksi ilmuwan atas runtuhnya es Antartika malah lebih cepat. Awalnya ilmuwan mengira runtuhnya es itu akan memakan waktu ribuan tahun, tapi pada 1970-an, ada fakta ilmiah yang mengingatkan lapisan es Antartika bisa runtuh lebih cepat jika emisi rumah kaca tidak diatasi.

Pada tahun itu, ilmuwan dari Ohio State University, Amerika Serikat, John H. Mercer menunjukkan, area yang patut diwaspadai yakni lapisan es bagian barat Antartika. 

Sebab lapisan es di bagian itu berada dalam mangkuk raksasa, sebagian besar berada di bawah permukaan laut, yang membuat kondisinya tak stabil. 

Fakta lainnya, menurut laporan The New York Times, pemantauan satelit yang terus diperluas mulai 1990-an dalam satu dekade, menunjukkan bukti lapisan es Antartika sudah mulai bergerak cepat, tak stabil. Sejak itu, tingkat gletser jatuh ke laut meningkat tiga kali lipat, lebih dari 100 miliar ton es runtuh tiap tahunnya. 

Studi terbaru yang diterbitkan pada 2016 makin menunjukkan pringatan bahaya pada lapisan es Antartika. Penelitian yang digawangi Robert M. DeConto dari Universitas Massachusetts, Amherst, Amerika Serikat dan David Pollard dari Pennsylvania State University, Amerika Serikat menemukan, Antartika Barat dan beberapa area di Antartika Timur bakal mengalami keruntuhan yang dahsyat, jika suhu Bumi terus menghangat dengan cepat. 

Dalam skenario terburuk, permukaan laut bisa naik hampir 2 meter menjelang akhir abad ini dan kecepatannya meningkat drastis pada pada ke-22. 

Pemanasan Global

Kedua peneliti itu tak mengklaim prediksi mereka adalah pasti, namun mereka berpendapat kemungkinan itu harus disikapi secara serius. 

Sebab, saat ini daratan dunia berbeda kondisinya dengan ribuan tahun lalu. Di masa lalu itu, populasi manusia masih kecil, primitif dan bergerak relatif mudah, sedangkan saat ini populasi dunia mencapai tujuh miliar dan terus tumbuh, belum lagi ada nilai properti manusia yang terancam banjir besar. 

Upaya memang dilakukan badan negara dunia untuk mengatasi kemungkinan buruk dampak lapisan es Antartika itu. Misalnya National Science Foundation di Washington dan Natural Environment Research Council di Inggris memutuskan makin serius dalam beberapa tahun ke depan mendapatkan data yang diperlukan untuk mengatasi perubahan mengkhawatirkan pada daratan Antartika. 

Sementara beberapa ilmuwan menunjukkan zaman es terakhir, lapisan es mitip dengan Antartika Barat yang terbentuk di cekungan laut lainnya. Tapi saat zaman es berakhir kurang lebih 50 ribu tahun lalu dan kondisi Bumi menghangat, semua lapisan es runtuh. Dari sini, ilmuwan berpikir sebenarnya Antartika Barat adalah peninggalan zaman es yang rapuh, dan itu artinya tinggal tunggu waktu saja datangnya kejadian terburuk, jika pemanasan global melanda area tersebut. 

Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang puluhan tahun bekerja di Antartika, Robert A. Bindschadler meyakini kondisi buruk di Antartika bisa ditunda dalam skala 10 tahun, tapi tetap saja itu tak akan membatalkan kondisi buruk yang bakal terjadi. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya