Ransomware, Virus Menakutkan para Pebisnis Online

Ilustrasi pengawasan internet.
Sumber :
  • REUTERS/Kacper Pempel

VIVA.co.id – F-Secure resmi menggandeng PT Bintang Anugerah Kencana (BAK). Kerja sama antara penyedia layanan keamanan software dan perusahaan Sistem Integrator Teknologi Informasi ini bertujuan untuk mendorong Usaha Kecil Menengah (UKM) berbasis online di Tanah Air, agar meningkatkan kesadaran ahli IT mereka dalam menghadapi ancaman hacker.

Nilai Aset Bitcoin Sentuh Rp 1 Miliar, Investor Diminta Lakukan Riset dengan Teliti

Managing Director PT BAK, Eko Widianto, mengatakan kerja sama strategis ini dapat menjadi solusi keamanan utama bagi sistem komputasi. Ia menambahkan salah satu malware yang menjadi momok terbesar bisnis online di dunia adalah ransomware.

"Kerugian akibat ransomware cukup masif karena belum ada obatnya. Inilah mengapa dunia menganggapnya sebagai virus paling menakutkan. Kami mencatat kerugian yang timbul akibat ransomware bisa mencapai 1,5 bitcoin dalam sebulan," ujarnya dalam konferensi pers pengumuman kerja sama tersebut di Morrissey Hotel, Jakarta Pusat, Selasa, 9 Mei 2017.

Kelompok Ini Angkat Hacker Jadi Karyawan, Targetnya Pemerintah

Ransomware, secara sederhana dapat dijelaskan sebagai malware yang memiliki kemampuan untuk mengunci komputer atau mengenkripsi file untuk mengelabui penggunanya. Tujuannya adalah membuat pengguna memberikan uang tebusan agar file yang tersandera tersebut dilepaskan.

Kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan serangan cyber (cyber attack) membuat Indonesia menjadi sasaran empuk para hacker. Eko menjelaskan cara kerja hacker yang memakai ransomware sangat halus, sehingga tidak mudah diketahui oleh korbannya. Bahkan, virus ini cenderung mengelabui.

Awas, Dark Web Makin Mengganas

"Dia masuk ke perangkat mobile phone kita dan bisa menuju kamera. Seperti misal saat kita sedang transaksi dengan memanfaatkan mobile phone atau internet banking. Dari situ, kita bisa diintai dan tiba-tiba akun kita sudah diretas tanpa ada peringatan apa pun dari sistem," paparnya.

Mengutip data dari Departemen Komunikasi dan Informatika, Eko menyebut ada sekitar 36,3 juta serangan yang dilancarkan hacker dalam rentang waktu tiga tahun di berbagai belahan dunia, terhitung sejak tahun 2013 hingga 2016. Indonesia berpotensi besar menjadi korbannya, baik dari sektor finansial, pemerintah, maupun swasta

"Di sinilah kami fokus, kami prioritaskan ke government dan edukasi. Karena seiring berkembangnya teknologi, target utama hacker tidak hanya ke sektor finansial. Itu pasti ke sektor lain," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya