Siswa Sleman Ubah Ampas Tebu Jadi Papan Furnitur

Ilustrasi/Tanaman tebu
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA.co.id – Ampas tebu sering dipandang sebelah mata dan cenderung menjadi limbah yang dibuang sia-sia. Namun bagi dua siswi SMP Al-Azhar di Sleman Yogyakarta, limbah ampas tebu bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat furnitur dan hiasan di rumah.

Selamat! Siswa Indonesia Juara dan Borong Medali Internasional

Keberhasilan penelitian ini bahkan mengantarkan dua pelajar bernama Allodi Shada Fitria Hidayat dan Aurelia Abhisita menjuarai Olimpiade Sains tingkat dunia di Kenya, Afrika. Mereka berhasil mengalahkan puluhan peserta dari negara lain.

Ide dasar pembuatan ini berawal dari kegelisahan kedua pelajar ini melihat tumpukan limbah ampas tebu di sekitar rumah. Mereka lalu melakukan penelitian dan uji coba pemanfaatan limbah ampas tebu hingga akhirnya bisa disulap menjadi papan. Papan inilah yang menjadi bahan utama pembuatan produk rumah tangga seperti ubin, meja, kursi, lemari hingga hiasan lampu.

Selamat, Alat Cek Gula Darah Murah Siswi Indonesia jadi Juara Dunia

Salah satu pelajar berprestasi ini, Aurelia Abhisita, mengatakan, proses pembuatan papan dari limbah ampas tebu ini terbilang sederhana.

"Awalnya tebu yang sudah dikeringkan dipotong menjadi ukuran kecil, lalu dihaluskan dengan cara diblender hingga menjadi serbuk," kata Aurelia, Kamis 27 April 2017.

Dari Indonesia untuk Dunia, Siswi RI Bikin Alat Cek Gula Darah Murah

Ia pun menambahkan, serbuk tersebut lalu dicampur resin dan lem perekat, kemudian dimasukkan dalam cetakan sesuai bentuk dan ukuran.

"Setelah dijemur selama empat jam, papan sebagai bahan pembuatan furniture siap digunakan," ujarnya.

Papan dari ampas tebu ini diklaim lebih kuat dan tahan lama dibanding kayu sehingga sangat cocok untuk dibuat peralatan rumah tangga.

Atas prestasinya ini, keduanya berhasil menyabet emas Olimpiade Sains tingkat dunia di perhelatan Internasional Environmental Project yang digelar di Kenya, Afrika. Dua pelajar ini juga berhasil membawa pulang penghargaan spesial award best product mengalahkan penelitian dari 34 negara lainnya.

Sepulang dari kompetisi, pihak sekolah langsung mematenkan penelitian ini agar tidak ditiru pihak lain.

"Pihak sekolah juga berencana mengembangkan karya siswa untuk proses industri," kata guru pembimbing, Ferry Kurniawan. (one)

Bayu Nugraha/ Andri Prasetiyo (Sleman)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya