NASA Siapkan Misi 'Menyentuh Wajah' Matahari

Ilustrasi misi SPP mendekati Matahari
Sumber :
  • www.futurism.com/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory

VIVA.co.id – Badan Antariksa Amerika Serikat masih penasaran dengan misteri ledakan material matahari atau coronal mass ejections, yang bisa berdampak bagi lingkungan antariksa. Demi menguak misteri itu, wahana antariksa NASA akan makin mendekati dan 'menyentuh wajah' Matahari.

NASA Cari Volunteer untuk Tinggal 1 Tahun di Mars, Ini Syaratnya

Ledakan material Sang Surya memang bisa berdampak bagi sistem listrik, pesawat, telekomunikasi dan satelit yang mengorbit Bumi.

Untuk itu, guna menguak lebih dalam ledakan material itu, NASA akan mengirimkan wahana atau pesawat antariksa yang akan paling dekat menuju Sang Surya dibanding misi antariksa sebelumnya. 

5 Negara Ini Siap Menjajah Bulan

Dikutip dari Futurism, Rabu 5 April 2017, wahana yang akan menjalankan tugas ini yaitu Solar Probe Plus (SPP). Pesawat ini saat ini sedang dirancang dan dikembangkan oleh Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory. 

Begitu diluncurkan, SPP akan menggunakan tujuh manuver terbang melintasi Planet Venus selama tujuh tahun untuk menuju orbit sekitar Matahari. SPP direncanakan akan menjalankan 24 kali terbang melintasi Matahari dan melewati atmosfer paling atas Sang Surya dari jarak 6,4 juta kilometer. 

Jadwal Penerbangan ke Luar Angkasa di 2024

Jarak yang ditempuh SPP untuk mempelajari Matahari itu tergolong lebih dekat dibanding misi antariksa dalam sejarah sebelumnya. SPP akan menjalani 37,6 juta kilometer lebih dekat ke Matahari dari misi sebelumnya. 

SPP nantinya juga akan mencetak rekor baru sebagai objek bergerak tercepat yang pernah dibuat manusia, sebab wahana ini akan bergerak dengan kecepatan 200 kilometer per detik. 

Wahana itu juga akan masuk panas yang ekstrem saat menyentuh wajah Matahari, dengan paparan suhu mencapai 1371 derajat celsius. Belum pernah ada misi yang melalui panas dan radiasi ekstrem tersebut. 

"Sebuah misi yang akan membutuhkan wahana dan instrumen yang mampu menahan dalam radiasi ekstrem, perjalanan kecepatan tinggi dan kondisi surya yang keras," ujar Director of the Space Systems Program Office, Seamus Tuohy dalam keterangannya. 

Peneliti Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics mengatakan, memahami kenapa Matahari kadang memancarkan partikel berenergi tinggi bisa membantu ilmuwan memprediksi cuaca ruang angkasa. 

"Mengetahui saat partikel energi Matahari bisa menghantam Bumi bisa membantu orang di Bumi dalam mengambil tindakan," kata peneliti Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics. 

SPP dijadwalkan akan meluncur antara 31 Juli sampai 18 Agustus 2018. Usia misi SPP memakan waktu ena tahun 11 bulan atau tujuh tahunan.  (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya