Peretas Obral 'Murah' Data Online Pengguna

Ilustrasi-teroris siber.
Sumber :
  • Pixabay/Tigerlily

VIVA.co.id – Nyaris semua orang Indonesia yaitu 97,6 persen menganggap berharganya data mereka pada platform daring, namun kurang dapat menjaganya. Survei Avast terhadap 700 orang Indonesia menunjukkan minimnya langkah perlindungan data di platform daring.

WNA Asal Rusia Kongkalikong dengan Hacker Meksiko Bobol ATM di Palembang

Hasil survei menunjukkan, email merupakan akun terpenting, tetapi akun Amazon adalah yang paling berharga
bagi pengguna internet Indonesia. 

Dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 31 Maret 2017, hasil survei menunjukkan, email masih menjadi layanan daring terbanyak digunakan oleh pengguna Indonesia yaitu 47,1 persen, kemudian diikuti oleh Facebook dengan 29,5 persen.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

Tidak hanya sebagai layanan daring terbanyak dipakai, email juga dianggap penting oleh hampir setengah pengguna di Indonesia. 97,6 persen orang Indonesia mengklaim memiliki data berharga pada akun daring mereka.

Berikut rincian akun pengguna di Indonesia yang dianggap bernilai di atas US$100 atau lebih yaitu 62,5 persen Amazon, 48,2 persen LinkedIn, 43,9 persen Dropbox atau akun penyimpanan cloud lainnya, 41 persen WhatsApp atau layanan mengirim mengirim pesan lainnya, 35,3 persen Email, 34,8 persen Snapchat, 34,6 persen Twitter dan 33 persen Facebook

Indonesia Mendapat 97 Ribu Serangan

Fakta lainnya menunjukkan, penjahat siber justru tak begitu menghargai data pengguna. Penjahat siber menjual informasi nama pengguna, kata sandi dan rincian kartu kredit di darknet hanya US$2 atau kurang, tergantung nilai tukar Bitcoin.

Setelah layanan utama seperti Yahoo dan LinkedIn berhasil dibobol dan munculnya kebocoran data di daring, tak heran dua dari lima pengguna di Indonesia (42,9 persen) tidak yakin mengenai akan keamanan data pribadi mereka.

Ganti akun

Survei juga mengungkapkan, lebih dari 35 persen orang Indonesia tidak pernah mengganti kata sandi mereka, meskipun telah diperingati tentang adanya pembobolan data dan 66,3 persen pengguna mengganti kata sandi pada website yang diretas, namun tindakan serupa tidak dilakukan untuk website lain. 

Hal ini tentu mengkhawatirkan, sebab penjahat siber sering menggunakan informasi pribadi yang didapatkan melalui pembobolan data ke akun lain dengan harapan akun lain tersebut menggunakan kata sandi  yang sama.

Database yang berisi data curian sering muncul di darknet setelah beberapa tahun terjadinya pembobolan data, mengincar penjahat siber lain untuk membelinya dan menyalahgunakannya lebih lanjut.  Inilah sebabnya mengganti kata sandi secara rutin merupakan hal yang penting.

Avast menyarankan pengguna untuk memakai kata sandi yang terenkripsi, bukan kata sandi yang sederhana, yakni yang berisi huruf dan karakter.

Solusi untuk mendapatkan kata sandi yakni memakai password manager. Ini merupakan aplikasi yang dapat membantu pengguna dengan menghasilkan kata sandi yang kuat dan unik untuk semua akun. Sayangnya, hanya 3,2 persen dari responden yang menggunakan password manager untuk melindungi akun mereka. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya