Ribut Transportasi Online, Perlu Transformasi Sosial

Menkominfo Rudiantara.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA.co.id – Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, transformasi ekonomi digital adalah suatu hal yang mutlak yang mesti dihadapi di masa mendatang. Namun, di tengah persiapan beralih kepada ekonomi digital, menurutnya perlu juga adanya transformasi sosial dari masyarakat. Pemerintah tidak hanya menyiapkan regulasi, tapi masyarakat pun harus menerima transformasi tersebut.

Nyerah karena COVID-19, Aplikasi Transportasi Online Pilih PHK Massal

"Contohnya Gojek, ini di Jakarta tidak masalah, tapi begitu ke daerah menjadi ribut dengan transportasi konvensional. Jadi bukan hanya teknologinya saja, aplikasinya saja, tapi masyarakat juga harus di-transform," ujar Rudiantara dalam acara MoU PT Huawei Tech Investment (Huawei Indonesia) dengan tujuh Universitas di Indonesia untuk Program SmartGen di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, Senin 27 Maret 2017.

Dalam pembangunan ekonomi digital, Rudiantara memandang, Indonesia harus berguru ke Tiongkok. Sebab, Negeri Tirai Bambu itu sudah berhasil dalam transformasi digital, memulai regulasi dan membuat peta jalan e-commerce sejak enam tahun lalu. E-commerce Tiongkok terbukti sukses dengan memiliki transaksi hingga puluhan miliar dolar AS.

Siap-siap, Aturan Transportasi Online Baru Resmi Berlaku 12 Oktober

Maka dari itu, untuk mendidik generasi sekarang untuk mendatang, ia mengusulkan agar Indonesia belajar pada Tiongkok. Mempelajari bagaimana Tiongkok membuat regulasi transformasi ekonomi digital.

"Saya juga minta (Huawei) menjadi jembatan, antara mahasiswa dengan regulator atau policy maker, sehingga kita juga belajar bagaimana setup policy dan regulasi untuk mendukung digital ekonomi," ujarnya menambahkan.

Grab 'Bakar Duit' Rp7 Triliun di Vietnam, Takut Disalip Gojek

Terkait dengan program yang diselenggarakan oleh Huawei ini, Rudiantara mengapresiasi Program SmartGen. Sebab, program tersebut memberikan pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kepada para mahasiswa di 7 universitas tersebut dan juga mengajarkan bagaimana alih sosial di Negeri Tirai Bambu.

"Ada 2 ribu mahasiswa yang ditraining baik di Indonesia maupun di Tiongkok Ini untuk menyediakan talenta bagi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi digital dan transformasi sosial," ujar Rudiantara.

Tujuh universitas yang digandeng Huawei dalam program tersebut yakni Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Padjajaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Telkom, dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

Dalam program SmarGen, mahasiswa Indonesia berkesempatan diundang mengunjungi Huawei Customer Solution Innovation and Integration Experience Center (CSIC) di Jakarta dan belajar langsung dari tenaga ahli Huawei. 

Dalam satu gelaran Tech Day atau kunjungan universitas, Huawei juga berbagi pengetahuan mengenai teknologi terkini di industri TIK. Kemudian, Huawei juga akan membantu universitas untuk mengembangkan inisiatif Smart Campus dengan dukungan tenaga ahli.

Kegiatan lain yang bisa diikuti, yakni Seeds for the Future, program pelatihan selama dua minggu di kantor pusat Huawei di Beijing dan Shenzen, Tiongkok. (mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya