Mahasiswa ITB Bikin Batako Ramah Lingkungan

Batako ramah lingkungan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – Proses industri pengolahan batu alam ternyata menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan. Sebab, pengrajin membuang limbah tersebut ke aliran tepi sungai dan terbawa arus sehingga membuat sungai tercemar.

Pakai Joystick, Mahasiswa Aceh Buat Pengendali Senapan dari Jarak Jauh

Namun kini, limbah batu alam bisa diolah menjadi produk yang tepat guna di tangan peneliti Institut Teknologi Bandung. Peneliti ITB, yakni Faldie Fathurohman bersama dua rekannya membuat limbah batu alam menjadi batako.

"Batu alam menghasilkan dua jenis limbah, andesit dan marmer," kata Faldie kepada VIVA.co.id, saat ditemui dalam acara yang diselenggarakan Tanoto Foundation, di Annex Building, Jakarta, Selasa 21 Maret 2017.

L-Flood, Aplikasi Lengkap untuk Siaga Banjir

Dua jenis limbah tersebut memiliki kandungan silika cukup tinggi, sehingga peneliti ITB mengolah limbah menjadi agregat atau sebagai fluks (bahan yang akan bereaksi dengan pengotor) dalam pembuatan batako.

Dalam pembuatan batako, mereka mencampur air, semen dan limbah. Dengan komposisi semen 15 persen, limbah 70 persen dan 10 persen air.

Harapan Mahasiswi Oxford Asal RI Berhasil Bikin Alat Panjangkan Usus

"Satu batako menghabiskan biaya Rp800, harga bisa bersaing," kata Fadlie.

Observasi awal dilakukan di Desa Balentare Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon. Wilayah Kabupaten Cirebon merupakan salah satu sentra pengolahan batu alam, ada sekitar 430 kelompok pengrajin yang mengolah batu alam.

Untuk itu, Fadlie berharap, pemerintah membuatkan bak limbah untuk mengatasi masalah limbah batu alam. Selama ini, untuk mengatasinya, pemerintah hanya membuatkan saluran pembuangan ke tepi sungai, namun cara itu tidak efektif.

Fadlie menjelaskan, jika dibuat bak pembuangan ukuran 10x5 meter, maka akan menampung 2,5 ton limbah sebulan. Maka limbah itu bisa dibuat 1.000 batako dalam sebulan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya