Drone Buatan UI Ini Bisa Bantu Petani Sampai Cari Mayat

Drone buatan mahasiswa UI
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – Mahasiswa Universitas Indonesia berhasil membuat pesawat tanpa awak atau disebut drone. Drone ini mereka aplikasikan untuk pertanian dan membantu dalam pencarian mayat.

Prajurit TNI Pasukan Perdamaian di Lebanon Masih Waspadai Bom sampai Serangan Drone

Salah satu mahasiswa dari tim itu, Josua Christanto mengatakan, latar belakang dia dan rekan-rekannya menciptakan drone, karena keprihatinan terhadap para petani. Dengan lahan yang begitu luasnya, petani masih merawat tanaman dengan cara tradisional.

"(Penerapan) drone di Brasil dan Australia banyak. Tapi di Indonesia, petani terikat cara lama menggunakan kekuatan fisik untuk perilaku pertanian," kata Josua kepada VIVA.co.id, ditemui dalam acara Tanoto Foundation di Annex Building, Jakarta, Selasa 21 Maret 2017.

Serangan Besar-besaran, Lusinan Drone Ukraina Bombardir Rusia

Drone besutan Josua dan rekan-rekannya ini menggunakan teknologi 'jaringan saraf tiruan'. Sebuah program dibuat agar drone bisa mengaliasis benda atau barang yang ditemukan.

Tapi, saat ini ‘jaringan saraf tiruan’ masih dalam tahapan pengembangan ke tahap yang lebih spesifik. Program tersebut kini sudah bisa membaca tanaman yang kekeringan. Jika tanaman terlihat kering, maka drone akan menyiram tanaman tersebut.

Update Antidrone untuk Menangkal Spionase

Soal bobot, maksimal beban yang dibawa drone sekitar empat sampai lima kilogram. 

Selain menyiram tanaman, Josua mengatakan, drone yang mereka pernah memenangkan kontes robot terbang di Lampung pada tahun lalu. Saat itu, yang dikonteskan adalah robot dengan kemampuan sistem terbaik.

Dalam simulasi kontes, drone mereka berhasil mencari boneka, yang dianggap sebagai mayat. Kemudian drone mengirimkan titik GPS boneka tersebut, selanjutnya drone kembali 'pulang' dengan sendirinya.

"Awalnya untuk naik ke atas kita bantu dengan remote control, tapi mencari (boneka) dia sendiri, dan balik sendiri," jelas Josua.

Ke depan, program ‘jaringan saraf tiruan’ dikembangkan dirancang bisa memahami pola-pola. Misalnya, mencari tanaman rusak, tanaman rusak polanya seperti apa, apakah layu atau daunnya berubah bentuk dan warna.

Untuk baterai, drone ini memiliki daya tahan 20-an menit. Mereka mengembangkan dua bentuk drone, empat dan enam kaki. Biaya pembuatannya, drone empat kaki sekitar Rp7 juta dan untuk versi drone enam kaki Rp9 jutaan.

Sekadar informasi, UI merupakan salah satu dari lima universitas yang didanai Tanoto Foundation.

“Dalam setahun kita berikan Rp150 juta per universitas," kata Ketua Pengurus Tanoto Foundation, Sihol Aritonang.

Penelitian mahasiswa yang layak untuk didanai dipilih oleh universitas terkait, setelah para mahasiswa mengajukan proposal kepada mereka.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya