- REUTERS/Damir Sagolj
VIVA.co.id – Kadang beberapa orang lebih menyukai melihat foto diri sendiri di depan cermin dibanding melihat swafoto atau selfie. Padahal selfie sudah menjadi tren pada era digital saat ini.
Dalam buku Wierdest Question, Persistent Rumors, Unexplained Phenomena karya Mitchell Moffit dan Greg Brown, edisi bahasa Indonesia, pada halaman 111, dijelaskan, ada faktor yang berperan atas fenomena tersebut, yaitu efek paparan.
Umumnya, kita punya kecenderungan memilih hal-hal yang sudah biasa kita lihat. Setelah paparan berulang terhadap satu hal, secara psikologis maka orang cenderung lebih menyukainya dibanding versi yang jarang dilihat. Hal ini telah diuji dengan kata-kata, lukisan, suara, gambar sampai angka geometri.
Fenomena ini ternyata juga telah diamati pada spesies lain. Hewan juga punya terbukti bereaksi pada stimulus yang diulang.
Pada kasus manusia, aktivitas bercermin merupakan salah satu yang diulang. Tiap kali memandang di cermin, pandangan terbalik dari kiri ke kanan.
Dalam kasus foto berbeda dengan bercermin. Pada foto, gambar yang muncul adalah cara orang lain yang melihat seseorang sehari-hari. Maka dengan demikian, otak seseorang tak familiar dengan pemandangan ini dan akan menafsirkannya sebagai 'off'.
Penelitian dari fenomena ini menunjukkan, peserta lebih memilih foto wajah di cermin dibanding foto langsung wajah mereka, tanpa mengetahui mana foto yang berupa foto langsung wajah. Sementara teman lebih memilih foto langsung wajah mereka. (ren)
Ilmuwan Ini Berhasil Ciptakan Koper Bertenaga Al, Permudah Tunanetra Navigasi Lingkungan
Koper AI tenaga canggih ini juga menawarkan umpan balik kepada para penggunanya, yakni tunantera baik melalui komponen percakapan bawaan, serta sensor haptik di pegangan.
