- VIVA.co.id/ANTARA FOTO
VIVA.co.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang baru dilantik pada pekan lalu telah memberikan rasa was-was terhadap industri teknologi dunia. Beberapa kali Trump berseteru dengan petinggi perusahaan teknologi.
Namun, bagi industri teknologi dan komunikasi dalam negeri, khususnya soal dagang daring atau e-commerce, dampak Trump tak terlalu dikhawatirkan. Industri e-commerce lebih khawatir dengan isu dan dinamika pilkada.
Hal itu diakui oleh Ketua Dewan Pembina Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Hendrik Tio di sela sesi konferensi pers Indonesia e-Commerce Summit & Expo (IESE) 2017 di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Jakarta, Kamis 26 Januari 2017.
"Bukan (Donald) Trump, tapi pilkada yang memberi dampak ke e-commerce," ucapnya.
Hendrik tak menyebutkan secara spesifik pilkada yang dimaksud, apakah hanya di wilayah DKI atau secara keseluruhan.
Dia menjelaskan, e-commerce kadang kena dampak hiruk pikuknya pusat demokrasi lokal itu yang bisa menciptakan kondisi tidak kondusif.
"Akibatnya, perusahaan-perusahaan e-commerce atau konsumen terganggu atau bisa dibilang terdelusi hal-hal di momen ini," kata dia.
Hendrik mengatakan, dampak pilkada ini membuat tingkat orang belanja, yang dalam hal ini konsumen, menurun. Akibatnya, tingkat penurunan belanja daring itu memengaruhi bisnis para e-commerce Tanah Air.
"Saya pribadi melihat penurunan ini bukan turun drastis, enggak. Tapi, kami tidak merasakan ada sebuah situasi yang bisa memicu kenaikan. Jadi, datar banget, 'kok enggak bergairah ya'. Itu sih yang kami rasakan sekarang ini. Datar saja. Kurang oke," tutur dia.
Memanasnya pilkada serentak ini dianggap jadi faktor penghambat aktivitas dagang daring di Indonesia. Walaupun, kata dia, itu bukanlah batu sandungan satu-satunya di industri e-commerce.
"Dan, ini kan bukan hanya terjadi di Januari, ini akumulatif dari Agustus 2016 sampai sekarang, jadi menghambat," ungkapnya. (art)