Pengamat Beberkan Resep Agar Telekomunikasi di Papua Merata

Ilustrasi Palapa Ring.
Sumber :
  • Sekretarian Negara

VIVA.co.id – Pemerintah ternyata tidak bisa dipercaya untuk bisa mengatasi kesenjangan infrastruktur telekomunikasi di Papua. Hal ini dianggap cukup miris karena pemerataan telekomunikasi di Papua hanya bisa dilakukan jika para operator mau berkomitmen.

Akses Infrastruktur Pertahanan di Wilayah Perbatasan Perlu Diperkuat

Hal ini diungkap pengamat senior industri telekomunikasi Indonesia, Garuda Soegardo. Menurut dia, sejak 20 tahun yang lalu sampai saat ini, sudah beberapa kali pergantian rezim pemerintahan dan Menteri Perhubungan atau Kominfo, berusaha mengurusi kesenjangan ini tapi tanpa hasil.

"Baru satu operator yang ada di Papua. Yang lainnya belum, masih menghitung untung-rugi bisnis yang penduduknya sedikit. Namun bagi saya, kunci penggelaran jaringan di Papua adalah komitmen sebagai anak bangsa dan rasa mencintai Papua," ujar Garuda yang juga merupakan anggota Dewan TIK Nasional (Wantiknas) di Jakarta, Kamis, 26 Januari 2017.

Gimana Nasib Infrastruktur Telekomunikasi di Ibu Kota Baru?

Garuda, yang dikenal sebagai Bapak Seluler Indonesia dan pernah menjadi petinggi Telkomsel ini berkisah, hanya butuh 18 bulan bagi Telkomsel membangun jaringan ke seluruh 27 Provinsi kala era Orde Baru. Sedangkan operator lain, lebih memilih memperoleh fasilitas network sharing dari Telkom dan Telkomsel.

Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo mengungkap, Telkom telah membangun banyak proyek jaringan yang besar dan penting untuk menjadi tulang punggung pita lebar yang melayani nusantara, bahkan lintas negara. Beberapa di antaranya seperti proyek SEA-ME-WE (South East Asia-Middle East- West Europe) 5, jaringan kabel optik bawah laut dari Dumai ke Marseille Perancis melalui Asia Tenggara dan Timur Tengah yang akan membawa Indonesia menjadi pusat traffic-hub dunia. Ada juga jaringan kabel optik bawah laut Makassar, Kendari, Maumere sepanjang 1700-an Km yang merupakan fase terakhir bagian dari pembangunan Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS).

Resahkan Masyarakat dalam Pemilu, Fake BTS Dilarang Keras

"Total kita bangun jaringan tulang punggung 106 ribu Km lebih atau 2,5 kali keliling bumi. kalau di level akses, Telkomsel punya 130 ribu BTS, jaringan serat optik ke rumah sebanyak 16 juta homepass, dan lima juta di antaranya dibangun di 2016.," ujar Arief.

Tahun ini, kata Arief, Telkom tetap ekspansif membangun jaringan tulang punggung di antaranya dengan meluncurkan Satelit Telkom 3S tak lama lagi, menyelesaikan kabel laut SEA-US sepanjang 14 ribu Km lebih, dan membangun 19 jaringan tulang punggung optik di 19 kabupaten.

Prioritas utama Telkom, kata Arief, adalah membangun Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Manokwari-Jayapura sebagai jaringan cadangan bagi SMPCS yang sering terputus atau mengalami gangguan karena faktor alam. Jaringan sepanjang 1.000 km sebagai 'link diversity' dalam upaya pemulihan gangguan trafik berulang antara Jayapura dan Sarmi.
 
"Sebenarnya yang terkena dampak dari sering terputusnya jaringan SMPCS hanya kota Jayapura saja. Manokwari, Biak, Sorong, FakFak sampai Merauke normal. Kami sangat senang kalau ada operator lain mau menemani Telkom menyediakan jaringan tulang punggung di Indonesia bagian Timur ini," katanya.

Diketahui, saat ini, Telkomsel dengan dukungan dari induk usahanya memang lumayan dominan di Indonesia Bagian Timur, apalagi Papua. Operator yang identik dengan warna merah ini memiliki basis pelanggan di Papua dan Maluku sekitar 5,251 juta nomor, sedangkan populasi yang terjangkau adalah 4,2 juta jiwa dari total 5,8 juta jiwa.

Sementara TelkomGrup memiliki 1,78 juta pelanggan seluler dengan 1.046 BTS di Jayapura. Sedangkan layanan IndiHome di Papua ada 7.155 pelanggan, yang mana 2.805 pelanggan di antaranya di Jayapura. Untuk sambungan telepon ada sekitar sekitar 28.000 satuan sambungan. Per Desember 2016, jumlah populasi penduduk Papua sekitar 3,2 juta jiwa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya