Ilmuwan Sukses Bikin Vaksin Lawan Hoax

Aksi kampanye anti-hoax di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA.co.id – Ilmuwan University of Cambridge Inggris telah mengembangkan vaksin psikologi untuk melawan informasi palsu atau hoax. Vaksin tersebut terbukti bisa menggoyahkan pemikiran dari sekelompok orang atas sebuah informasi tertentu. 

Tanggapi Berita Hoax, Depe: Setiap yang Viral, di Situ Ada Dewi Perssik!

Dikutip dari Science Alert, Selasa, 24 Januari 2016, tim ilmuwan mengatakan karakteristik hoax layaknya virus, yang penyebarannya begitu cepat. 

"Informasi yang salah bisa menyebar, mereplikasi seperti sebuah virus," kata Sander van der Linden, pemimpin studi tim ilmuwan tersebut. 

Dikabarkan Meninggal Dunia, Gilang Dirga Tak Marah, Kenapa?

Untuk itu, tim ilmuwan menguji vaksin psikologi yang mereka lakukan untuk menentukan seberapa dampak hoax bagi penerima informasi. 

Tim tersebut mengujinya dengan melibatkan lebih dari 2 ribu warga AS yang mewakili sampel nasional. Ribuan responden itu dipilih dari berbagai usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan sampai pembelajaran politiknya. 

Heboh, Warga Tasikmalaya Diterpa Berita Hoax Kiai Tewas Bersimbah Darah

Kemudian responden diuji pandangannya tentang isu perubahan iklim. Isu ini dipilih karena topik yang masih menjadi perdebatan sampai saat ini. Ada ilmuwan yang meyakini perubahan iklim terjadi karena ulah aktivitas manusia, sementara ada sejumlah ilmuwan lain yang meyakini isu perubahan iklim hanyalah rekaan saja. 

Dalam studinya, tim ilmuwan menyajikan informasi perubahan iklim pada dua kelompok. Pertama, kelompok satu disajikan sejumlah dasar ilmiah fakta perubahan iklim. 

Kemudian kelompok kedua disajikan hoax yang diambil dari pendukung Petisi Oregon. Petisi itu memang telah dikenal curang, karena memaparkan pernyataan 31 ribu ilmuwan AS menegaskan tak ada bukti aktivitas manusia menyebabkan perubahan iklim. Belakangan pendukung petisi ini bukan berlatar belakang ilmuwan.

Setelah diberikan pernyataan tersebut, responden kemudian diminta memperkirakan apa yang mereka pikirkan tentang tingkat basis ilmiah tentang perubahan iklim dan bagaimana dengan sajian informasi yang berbeda dari tim peneliti itu berdampak pada pandangan personal responden. 

Hasilnya, tim ilmuwan menemukan, kelompok yang disajikan informasi akurat menggambarkan konsensus ilmiah dengan label 'sangat tinggi' sedangkan atas sajian hoax, kelompok ini melabelinya dengan 'sangat rendah'. 

Tapi ada hasil yang mengejutkan, saat tim menyajikan kepada kelompok yang sama dengan data fakta yang benar kemudian diikuti informasi yang salah. 

Skema ini membuat responden kelompok pertama itu membalikkan pandangan sebelumnya, membatalkan pandangan awal mereka, sehingga mereka dalam posisi bingung. 

Berangkat dari titik tersebut, tim ilmuwan meyakini banyak perilaku orang atas perubahan iklim sebenarnya belum teguh. 

"Mereka menyadari ada debat atas masalah ini, tapi tak perlu untuk meyakini. Pesan bertentangan bisa membuat mereka kembali ke pandangan awalnya," jelas Sander van der Linden. 

Dua vaksin

Sebagai catatan, saat tim memberikan data konsensus perubahan iklim tersebut, mereka menemukan dua jenis vaksin psikologi yang berbeda dari respons responden. Vaksin ini dijalankan dengan meniru prinsip inokulasi pada mikroba. 

Inokulasi merupakan aktivitas memindahkan bakteri dari medium lama ke medium baru dengan tingkat ketelitian tinggi. Dalam studi ini, inokulasi dilakukan dengan memberikan responden informasi satu kemudian disajikan informasi baru. 

Jenis vaksin pertama disebut ilmuwan ‘inokulasi umum’. Ini merupakan skema peringatan kepada responden yang diberikan ilmuwan dengan memberikan semacam disclaimer pada sebuah informasi. Informasi pada vaksin inokulasi umum ini yakni beberapa kelompok berlatar politik tertentu menggunakan taktik menyesatkan untuk mencoba meyakinkan publik soal ada perdebatan di antara ilmuan soal perubahan iklim. 

Sementara vaksin kedua yang disebut ‘inokulasi rinci’. Dalam vaksin ini, ilmuwan memberikan informasi hanya satu persen penanda tangan dari Petisi Oregon memiliki latar belakang tentang iklim. 

Dari pemberian vaksin tersebut, tim ilmuwan menemukan inokulasi umum memompa akurasi responden atas konsensus ilmiah perubahan iklim sampai 6,5 persen. Sementara dengan penambahan vaksin kedua, angkanya melonjak menjadi 13 persen. 

"Kami menemukan pesan inokulasi sama efektifnya dalam perubahan opini pendukung Partai Republik, independen dan Partai Demokrat di dalam menanggapi perubahan iklim," jelas Sander van der Linden. 

Dengan temuan itu, tim ilmuwan mengatakan selalu akan ada orang yang tak bersedia mengubah pandangan mereka. Namun di sisi lain, selalu ada potensi untuk mengubah pandangan. 

"Kami cenderung menemukan ada ruang bagi kebanyakan orang untuk mengubah pikiran mereka, walau hanya sedikit,” kata Sander van der Linden. (ase)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya