Turn Back Hoax, Cara Bedakan Informasi Palsu dan Asli

Ilustrasi/Kabar hoax
Sumber :
  • PeopleOnline

VIVA.co.id – Ujaran kebencian yang mengarah kepada informasi palsu atau hoax di media sosial membuat masyarakat sulit memilah fakta. Melihat hal ini, Khairul Anshar bersama delapan orang lainnya mengembangkan Turn Back Hoax, sebuah tools yang membantu meminimalisir informasi palsu.

Raffi Ahmad Geram Dituduh Lakukan Pencucian Uang, Begini Responnya

Crowdsource Application yang dioperasikan melalui peramban Google Chrome ini terdiri atas tiga kategori yakni website, pesan berantai dan gambar, yang biasanya membanjiri laman media sosial seperti Facebook atau Twitter. Nantinya melalui database yang dikumpulkan dari user, para netizen bisa memilah dan mengomentari mana informasi palsu dan yang berdasarkan fakta.

"Jika data sudah terkumpul, misalnya melalui website, kita bisa lihat domain mana saja yang suka menyebarkan berita hoax. Sedangkan untuk pesan berantai, akan kami berikan peluang kepada publik melalui ekstensi kami untuk saling berdiskusi mengenai kebenaran informasi tersebut," kata Khairul di Jakarta Pusat, Sabtu, 17 Desember 2016.

Tanggapi Berita Hoax, Depe: Setiap yang Viral, di Situ Ada Dewi Perssik!

Pada halaman ekstensi Turn Back Hoax, para pengguna bisa menentukan sendiri apakah berita tersebut hoax atau fakta dengan memberikan tanda flag merah atau hijau, dan menilai sendiri melalui komentar-komentar yang diberikan oleh sesama pengguna.

"Kalau sekiranya komentar sudah mengarah ke debat kusir, nanti admin akan memberlakukan fitur lock di mana akan mengunci sehingga pengguna tidak bisa memberikan komentarnya lagi. Tetapi semuanya itu situasional dan dilakukan dengan berimbang," ujarnya menjelaskan.

Dikabarkan Meninggal Dunia, Gilang Dirga Tak Marah, Kenapa?

Meski masih dalam tahap pengembangan, namun Khairul mengaku optimis dengan pembuatan tools anti-hoax ini. Menurutnya, masih banyak niat baik dari masyarakat yang akan berguna bagi penyebaran informasi positif.

"Kendalanya sebenarnya sekarang ada di publik, apakah mau melaporkan ini. Tapi kita yakin masih banyak orang baik. Banyak orang yang ingin berbagi tapi bingung toolsnya tidak ada, maka kita kembangkan ini. Kami juga terbuka dengan pihak lain yang ingin bekerja sama dengan program ini."

(mus) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya