Google dan Facebook Tak Bisa Gantikan Media Konvensional

Pengamat media Agus Sudibyo (pegang mic).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id – Semakin berkembangnya teknologi, arus informasi yang beredar di sekitar menyebar dengan cepat, masyarakat pun sering mendapatkan informasi dari media sosial ataupun pesan instan.

Ada 4,14 Juta Temuan di Google jika Klik Kata Ini

Pengamat media Agus Sudibyo menuturkan Google maupun Facebook tidak bisa menggantikan media massa konvensional, seperti media cetak, online, radio, dan televisi.

"Media massa tidak bisa digantikan oleh media sosial sebagai pilar kontrol demokrasi. Media massa belum bisa digantikan," ungkapnya di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu, 17 Desember 2016.

7 Rahasia Google

Seperti diketahui, dalam empat pilar demokrasi yang dianut oleh Indoensia adalah eksekutif, yudikatif, legislatif, dan pers.

Sementara itu peran teknologi, mulai Google sebagai mesin pencari sering dijadikan rujukan dalam mencari informasi di internet.

Harta Kekayaan Elon Musk Lenyap Rp 45 Triliun dalam Sekejap, Ini Penyebabnya

Begitu juga keberadaan media sosial dan pesan instan sering dimanfaatkan wadah berbagi informasi. Untuk itu, menurut Agus, negara harus hadir dalam mempertahankan media massa sebagai garda terdepan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai bagi masyarakat.

Sebab, menolak atau memblokir Google dan lainnya, menurut Agus, bukan sebuah solusi. Sehingga, negara perlu hadir dengan punya sikap melihat semakin mengguritanya layanan Google, Facebook, dan Twitter dalam menyebarkan informasi.

"Negara harus 'proteksi', hal ini dalam tanda petik bukan proteksi dalam arti sesungguhnya. Kita sadar Google, Facebook, dan lainnya semakin melakukan ekspansi. Menolak mereka juga tidak bisa tapi kita harus punya sikap di industri informasi nasional biar tetap eksis," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya