idEA Tak Masalah Soal Debat Potensi E-Commerce

Online shop.
Sumber :
  • Halomoney.

VIVA.co.id – Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Aulia E. Marinto meminta perbedaan soal potensi industri dagang online atau e-commerce pada 2020 nanti, tak usah dipermasalahkan. Sebab, industri tersebut baru terhitung 'balita' sehingga tak perlu dipaksa tumbuh besar.

Integrasi Tiktok Shop dan Tokopedia, DPR: Harus Bantu UMKM Adaptasi dengan Teknologi

Ditemui usai penandatanganan kerja sama antara lima e-commerce lokal dengan Microsoft Indonesia soal kampanye Clean E-Commerce, Aulia mengatakan, perhitungan pemerintah soal potensi US$130 miliar pada 2020 itu bisa menjadi acuan, maupun sebaliknya.

"Itu sesuatu menurut kita boleh dipakai sebagai acuan. Kalau enggak mau pakai, enggak apa-apa," ucapnya di Jakarta, Selasa, 29 November 2016.

Sambut Mudik Lebaran, Perusahaan Ban Ini Rambah Dunia eCommerce

Sebab, kata Aulia, industri e-commerce baru tumbuh di Tanah Air sehingga angka yang pasti menuju empat tahun kemudian tersebut masih belum terbayang angkanya.

"Saya pikir begini. Saya tidak akan mengomentari (lebih jauh) karena saya tidak tahu metodenya. Tentu saja mereka (pemerintah) punya cara (perhitungannya) seperti gimana. Yang jelas, pasar e-commerce ini sangat baru dan angka itu memang sulit ditemukan sangat akurat, tapi kita boleh memprediksikannya," jelasnya.

Shopee Luncurkan Program Baru, Garansi Tepat Waktu

Aulia menuturkan, dagang online ini tak hanya menyangkut soal fesyen atau gawai saja tetapi barang apapun yang dijual-belikan secara online, karena itu bagian dari e-commerce. Dengan demikian, potensi e-commerce ke depannya bisa jauh lebih besar karena sudut pandangnya luas.

"(Jadi), perhitungan yang berbeda-beda itu enggak usah dipermasalahkan," ucapnya.

Sebelumnya, pemerintah berencana menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020. Pada tahun tersebut, pemerintah menargetkan transaksi e-commerce yang dihasilkan di Tanah Air mencapai US$130 miliar.

Namun target tersebut, mendapat sorotan dari perusahaan riset International Data Corporation (IDC) Indonesia. IDC menilai, target tersebut mustahil. Country Manager IDC Indonesia, Sudev Bangah menjelaskan, target tersebut mustahil, sebab di Indonesia, untuk definisi pasar e-commerce saat ini masih buram. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya