Ekonomi Digital Indonesia Masih Tertinggal

Mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.
Sumber :
  • VIVAnews/Fajar Sodiq

VIVA.co.id – Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia relatif masih tertinggal dari banyak negara. Padahal kini makin banyak warga yang mulai bergantung pada ekonomi digital.

Startup Kripto Ini sedang Bahagia

Maka, Indonesia sepatutnya bisa mengantisipasi persoalan-persoalan yang menghambar perkembangan ekonomi digital di Tanah Air. Demikian menurut sejumlah pakar dan pengamat dalam diskusi membicarakan ekonomi digital Indonesia di Jakarta Selasa, 18 Oktober 2016, dalam forum yang diselenggarakan Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

Mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengungkapkan, di negara lain itu, pengembangan ekonomi digital memang tak berjalan mulus. Mari memberi contoh, misalnya Uber, Grab, dan sejenisnya sudah ada beberapa bulan lalu di luar negeri. Namun, keberadaan kendaraan umum berbasis digital itu juga bernasib sama dengan yang terjadi di Indonesia, yaitu konflik dengan pelaku kendaraan umum konvensional. 

Startup Lokal Ini Ingin Menyuburkan Benih Revolusi

“Taksi di Paris kan protes kepada Uber. Jadi, kita seharusnya bisa mengantisipasi dan memformulasi solusinya apa untuk Indonesia," kata Mari, yang kini anggota Dewan Pengawas CSIS.

Dia melihat penetrasi Internet di Indonesia masih rendah, sekitar 20 persen dari rata-rata di Asia yang sebesar 43 persen. Ini menjadi tantangan bagi pengembangan ekonomi digital di Tanah Air. 

Otorita IKN Dukung Pengembangan Ekosistem Startup di IKN

“Malaysia, Singapura, Thailand bahkan Vietnam lebih tinggi dari kita. Kita lebih tinggi dari Myanmar," kata Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu.

Mari yakin perkembangan ekonomi digital di dunia akan terus meningkat, namun Indonesia masih berada dalam proses untuk memulai. Dengan demikian, ada beberapa hal yang perlu disiapkan Indonesia yang lebih dari sekadar tersedianya smartphone. Menurutnya, infrastruktur, interkonektivitas, ketersediaan listrik harus merata untuk mencapai era ekonomi digital.

"Apa SDM (Sumber Daya Manusia) tahu bagaimana dia menggunakan instrumen itu untuk meningkatkan opportunity (kesempatan) ekonomi digital. Itu yang harus ada kapasitas dan kapabilitas. Mereka bisa menggunakan teknologi itu untuk dimanfaatkan ke diri mereka," jelasnya.

Ia percaya ekonomi digital bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, inovasi, produktivitas, efisiensi, dan nilai inklusif. "Sangat bisa kita dari rumah menyuplai barang ke dunia," ujarnya.

Ia mengungkapkan, banyak negara mencari imbangan antara inovasi, kreativitas dengan privasi dan keamanan konsumen.

"Dibolehkan inovasi dan kreativitas untuk berkembang, tidak terlalu dikekang dan dipersulit. Kita mencari imbangan untuk melindungi konsumen, menjaga aspek-aspek (pembangunan ekonomi digital), sesuatu yang terus-menerus harus dipantau, dilihat, dan cari solusi yang berimbang," ungkapnya.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya