Soal Startup, Indonesia Lebih Kaya dari Silicon Valley

Chief Executive Kibar, Yansen Kamto
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id – Chief Executive Kibar, Yansen Kamto, mengungkapkan Indonesia lebih kaya dibandingkan Silicon Valley. Selama ini, Silicon Valley sering dijadikan kiblat perusahaan teknologi dan perusahaan rintisan (startup), sebab di area itu menjadi markas perusahaan teknologi besar dunia misalnya Google dan lainnya. 

Angin Segar untuk Startup Pemula

Yansen berpendapat demikian, karena Indonesia punya nilai lebih yaitu keberagaman. Negara lain, kata dia, tidak dimiliki nilai plus tersebut. Ia mengungkapkan hal itu di sela-sela acara “Acer Mendukung Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital” di Conclave, Jakarta, Senin 10 Oktober 2016.

"Indonesia tidak seperti Silicon Valley. Karena Silicon Valley bukan Indonesia. Indonesia punya nilai tersendiri, yaitu keberagaman yang tidak dimiliki negara lain di dunia. Keberagaman ini perlu dikembangkan lagi untuk dijadikan solusi," ucap Yansen.

Kunjungi Station F di Paris, Anindya Bakrie Ungkap Rencana Bangun Kampus Startup di IKN

Yansen mencontohkan beberapa sektor. Pertama yaitu budaya. Menurut Yansen, Indonesia memiliki ragam budaya, misalnya batik dan kuliner yang dari berbagai daerah di Tanah Air punya ciri khas masing-masing.

"Pernah terpikir buat Alibaba tapi menyasar kebudayaan?. Padahal batik kita banyak sekali macamnya. Lalu, kuliner juga banyak, kalau itu di-aggregate itu kan bagus. Startup di sektor ini masih kosong," sebutnya.

Startup Kripto Ini sedang Bahagia

Bahkan, soal pariwisata, kata dia, Indonesia memiliki segalanya dibanding negara lainnya. Namun, sayang, potensi tersebut belum dijadikan pijakan untuk membangun startup yang bergerak di sektor pariwisata.

"Singapura itu cuma satu pulau. Kita punya 17 ribu pulau. Startup yang bergerak di perjalanan pariwisata itu masih kosong juga, Traveloka hanya mengurusi tiket sama pesan hotel," ucapnya.

Selain itu, Yansen juga mengatakan, sektor kesehatan juga belum banyak startup yang bergerak di dalamnya. Padahal, ke depan dibutuhkan oleh banyak orang nanti dalam sektor ini. 

“Itu beberapa sektor yang masih kosong. Startup belum banyak bermain di sana. Jadi, Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital tidak mencari yang bergerak di e-commerce, karena itu sudah matang," tutur dia.

Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital baru digerakkan pada Agustus 2016 dan menjaring di tiga kota dari 10 kota yang ditargetkan. Ketiga yang dimaksud, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Sementara, sisanya seperti Malang, Semarang, Bandung, Makassar, Medan, Pontianak, dan Bali akan bakal menyusul secara bertahap.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya