Deteksi Dini Gejala Stroke Bisa Via Aplikasi Smartphone

Ilustrasi stroke.
Sumber :
  • Pixabay/ Geralt

VIVA.co.id – Peneliti mengembangkan sebuah aplikasi yang digunakan untuk mendeteksi gejala stroke dini. Stroke paling utama disebabkan oleh fibrilasi atrium.

Sadis! Suami Bakar Istri di Jayapura Gara-gara Sakit Stroke

Fibrilasi atrium merupakan bentuk gangguan irama jantung. Ketidakteraturan denyut jantung (aritmia) ini sangat berbahaya, sebab membuat ruang atas jantung (atrium), bergetar dan tidak berdenyut sebagaimana mestinya. Pada akhirnya kondisi ini membuat darah tidak terpompa sepenuhnya, bahkan dapat menyebabkan pengumpulan dan penggumpalan darah.

Kemudian gumpalan ini dapat terbawa sampai ke otak, menyumbat pembuluh arteri, dan mengganggu pasokan darah ke otak. Nah, situasi inilah menjadi pemicu terjadinya serangan stroke iskemik atau stroke karena penyumbatan pembuluh darah.

Polisi Ungkap Detik-detik Penemuan Ibu dan Anak Tewas Dalam Rumah di Cilandak Jaksel

Dilansir Tech Times, Rabu 31 Agustus 2016, disebutkan 70 persen stroke sebenarnya bisa dihindari dengan pengobatan dan deteksi gejala dengan cepat.

Sayangnya, selama ini alat untuk mendeteksi tersedia, tapi perangkatnya besar sehingga tidak nyaman digunakan dan belum lagi harganya mahal. Atas hal tersebut, munculah ide untuk mengembangkan aplikasi mendeteksi fibrilasi atrium, penyebab munculnya stroke.

Kaya Protein Hingga Cegah Stroke, Jangan Lupa Masukkan Seafood ke Menu Ramadhan

Peneliti menjelaskan, mereka mengambil data dari 16 pasien dari Turku Heart Centre yang didiagnosa menderita atrial fibrilasi. Atrial fibrilasi memiliki risiko hingga tujuh kali lebih tinggi terkena stroke dibandingkan dengan seorang yang tidak memiliki kondisi tersebut.

Untuk data kelompok kontrol, mereka menggunakan rekaman dari individu yang sehat untuk memvalidasi keluaran dari aplikasi.

Untuk memeriksa fibrilasi atrium, seseorang hanya perlu menempatkan smartphone di dada sambil berbaring dalam posisi telentang atau tengkurap serta menyimpan rekaman giroskop dan akselerometer, sebagai parameter pengukurnya.

Semua data yang relevan kemudian dianalisis oleh aplikasi, untuk menentukan apakah orang tersebut menderita fibrilasi atrium atau tidak. Jawaban sederhana pun muncul ‘ya’ atau ‘tidak’

"Mengingat meluasnya penggunaan smartphone, ia (aplikasi) memiliki potensi untuk digunakan oleh populasi yang besar di seluruh dunia," kata salah seorang pembuat aplikasi, Tere Koivisto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya