Habibie: Kita Bukan Kejar Nobel, Tapi Problem Indonesia

Anggota ALMI bersama BJ Habibie
Sumber :
  • VIVA.co.id/Amal Nur Ngazis

VIVA.co.id – Presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie menyoroti perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Mantan Mendagri Syarwan Hamid Meninggal Dunia

Dunia ilmu pengetahuan Indonesia memang banyak masalah, tapi dia berpandangan, harus ada tekad dan komitmen bersama untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

"Yang kita kejar itu bukan Nobel. Tapi yang kita kejar yaitu selesaikan permasalan di Indonesia secara profesional. Enggak bisa diselesaikan satu orang satu generasi," kata Habibie usai pengukuhan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan peluncuran buku Sains 45 di kediamannya, Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat malam, 19 Agustus 2016.

Tak Ingin Berhenti, Bunga Citra Lestari Lakukan Hal Ini

Habibie mengakui problem keterbatasan dukungan negara dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Namun demikian, dia meminta para komunitas ilmuwan tak hanya berpangku tangan.

"Banyak masalah yang harus kita selesaikan, tapi anggaran (ilmu pengetahuan) kita terbatas. Maka kita harus konsentrasi ke bidang yang disokong anggaran dan bidang lain yang dikembangkan peneliti kita di luar," ujar Habibie.

Lapan Gunakan Sukuk untuk Pengembangan Pesawat R80 BJ Habibie

Habibie mengatakan, dalam perjalanannya sebagai ilmuwan, dia hanya berpikir menyiapkan sumber daya manusia agar nantinya bisa menjadi andalan bagi masa depan bangsa.

Dia mengisahkan saat diminta kembali oleh Presiden Soeharto pada 1973 untuk pulang ke Indonesia, dia hanya ingin mengabdikan pada dunia ilmu pengetahuan di Tanah Air.

Sains merakyat

ALMI merupakan badan otonom di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). ALMI didirikan untuk menjawab persoalan kurangnya wadah bagi ilmuwan muda terkemuka Indonesia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya ilmiah di Tanah Air.

Pada Jumat 19 Agustus 2016, ALMI mengukuhkan 27 anggota baru dari berbagai bidang keahlian, baik dari sosial sampai sains.

Sebelumnya, AIPI mengangkat 13 anggota perdana ALMI pada 20 Mei 2015. Pendirian ALMI sebagai badan otonom AIPI ditetapkan dalam sidang paripurna AIPI pada 20 Mei 2015 dan disahkan dalam Keputusan Presiden No.9 Tahun 2016.

Dalam kesempatan pengukuhan anggota baru ALMI, juga diluncurkan buku Edisi Final Buku Sains 45-Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan.

"Kami berusaha membuat sains dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, diterapkan hingga ke akar rumput bukan hanya pikiran semata," kata Roby Muhammad, anggota ALMI, dalam keterangannya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya