Tarif Interkoneksi Turun, Indosat Ingin Lebih Besar Lagi

Indosat Ooredoo
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – Pemerintah telah menetapkan penurunan tarif interkoneksi sekitar 26 persen, yang akan dituangkan dalam Peraturan Menteri (Permen). Namun, penurunan interkoneksi tersebut belum tentu memengaruhi tarif ritel operator telekomunikasi, seperti yang dirasakan oleh Indosat Ooredoo.

Respons Gibran Soal Indosat dan Nvidia Akan Bangun Pusat Pengembangan Kecerdasan Buatan di Solo

President Director & Chief Executive Officer (CEO) Indosat Ooredoo, Alexander Rusli mengatakan, penentuan turunan tarif interkoneksi sebesar 26 persen dinilai belum mencukupi di mata Indosat. Dengan pola perhitungan tersebut, untuk biaya interkoneksi yang panggilan lokal seluler turun menjadi Rp204 per menit dari sebelumnya Rp250.

"Itu kan ada 18 item kan, ada item-item yang stabil ada item-item yang turun. Sekarang kita ngomongin yang selular saja. Kita pertama-tama terima kasih karena keputusan sudah diambil. Kan selama ini tidak ada kepastian. Kalau maunya kami sebenernya lebih besar. Tetapi sebagai starting point tidak apa-apa," ujar Alex, ditemui di Kantor Indosat Ooredoo, Jakarta, Kamis, 11 Agustus 2016.

Pakai APBD Rp 12 Miliar, Penajam Paser Utara Bangun Interkoneksi Perpipaan Air Bersih

Alex mengungkapkan, pola perhitungan interkoneksi yang baru itu akan mengubah bisnis perusahaannya. Menurut dia, tentunya dalam pelaporan keuangan itu ada komponen revenue, komponen interkoneksi dan cost itu dipisah," kata pria berkacamata ini.

"Jadi, harus dilihat, dari sudut pandang revenue akan berkurang karena pengalinya lebih kecil. Tetapi tentunya cost akan berkurang. Nah, dampak nett-nya akan dihitung. Kita belum tahu akan lebih bagus atau lebih buruk. Pasti angka revenue akan turun, demikian juga cost," ujarnya menjelaskan.

Akankah Terjadi Merger Lagi antar Operator Seluler di Indonesia?

Ketika ditanya soal tarif interkoneksi terbaru akan mempengaruhi tarif ritel Indosat, Alex menjawab belum bisa diketahui, karena belum dihitung dampaknya. "Secara jangka pendeknya nggak ada perubahan tarif ritel dari pihak kami. Medium to long term tentunya akan berdampak kepada ritel. Kalau terkait efisiensi belum ketahuan soalnya angkanya tidak terlalu signifikan soalnya ada penurunan," ujar Alex.

Ditanya tentang rencana dan komitmen membangun daerah rural dan pedalaman Indonesia, Alex bergeming. Dia malah mengatakan jika menggelar program Rp1 lebih penting. Bahkan mereka berniat untuk terus menggerakkan program itu, ada atau tanpa perubahan interkoneksi. "Tapi tentunya, dengan penurunan ini maka untuk program satu rupiah, subsidinya semakin kecil." 

Jika dilihat dari laporan keuangan 2015, Indosat memiliki pendapatan sekitar Rp1,9 triliun. Sayangnya beban interkoneksi perusahaan itu juga cukup besar, mencapai Rp2,3 triliun sehingga kerugian perusahaan dari interkoneksi mencapai 450 miliar, atau sekitar 23,4 persen.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya