Atasi Pencemaran Udara, Batan Pakai Teknik Analisis Nuklir

Ilustrasi wanita mengenakan masker.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA.co.id - Pencemaran udara memiliki dampak yang cukup signifikan pada gangguan kesehatan manusia, ekosistem, perubahan iklim dan pemanasan global. Risiko ini banyak mendapatkan perhatian dari para ahli dan aktivis lingkungan dalam beberapa dekade belakangan ini.

Dalam keterangannya kepada VIVA.co.id, Kamis 28 Juli 2016, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) termasuk institusi yang menyoroti hal tersebut. Batan telah mengaplikasikan Teknik Analisis Nuklir (TAN) untuk melakukan karakterisasi dan identifikasi terhadap sumber pencemar, baik untuk mengetahui jenis unsur, kuantitasnya maupun sumber asal pencemaran.

Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto menjelaskan parameter utama polutan udara yang memiliki dampak signifikan pada kesehatan adalah partikulat udara (particulate matter/PM).

Partikulat udara yang berukuran kurang dari 2,5 mikrometer (PM2,5) disebut dengan partikulat halus dan sangat berbahaya, karena dapat menembus bagian terdalam dari paru-paru dan jantung, dapat menyebabkan gangguan kesehatan, di antaranya infeksi saluran pernafasan akut, kanker paru-paru, penyakit kardiovaskuler bahkan dapat menyebabkan kematian.

Kemudian, kata Djarot, salah satu aspek penting dalam konsep pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara adalah tersedianya data karakterisasi dan identifikasi jenis polutan.

Karakterisasi polutan udara, merupakan langkah utama dalam identifikasi sumber pencemar, karena dapat digunakan dalam menentukan penanggulangan yang tepat dan terarah, serta untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam mengatasi berbagai permasalahan pencemaran udara.

Batan: RI Negara Paling Siap Bangun PLTN di ASEAN

Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran komprehensif terhadap kualitas udara, data riset karakteristik partikular udara dan identifikasi jenis sumber pencemar spesifik dari setiap perkotaan sangat diperlukan.

Untuk itu, Batan bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan pemerintah daerah mengkarakterisasi dan identifikasi terhadap jenis dan asal sumber pencemar, seperti di Jakarta, Tangerang, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palangkaraya dan Pekanbaru. Langkah itu untuk menentukan konsentrasi massa PM2,5 dan PM10, black carbone (BC), serta konsentrasi berbagai unsur seperti Mg, Al, Si, S, K, Ca, Ti, Mn, Fe, Zn dan Pb.

Data dan informasi tersebut sangat penting, karena dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pengelolaan lingkungan secara tepat dan terarah.

"Nuklir untuk masalah lingkungan kurang dikenal masyarakat. Batan adalah lembaga litbang, bukan lembaga teknis yg membuat kebijakan. Kami berharap KLHK menangkap data ini untuk menentukan kebijakan karena Batan enggak bisa menentukan kebijakan terkait pencemaran lingkungan," kata Djarot.

Sumber pencemar

Ikan-ikan di Laut Dikhawatirkan Bakal 'Mabuk dan Teler'

Penggunaan TAN juga dapat bermanfaat untuk mengestimasi jenis dan lokasi sumber pencemar, sehingga berbagai strategi pengelolaan dapat segera dilakukan.

Djarot memaparkan, pada 2015 dengan menggunakan teknik tersebut, telah diperoleh data partikulat udara dari 10 kota dan hasilnya menunjukkan rata-rata tahunan PM2,5 Pekanbaru telah melebihi baku mutu udara ambien (15 Amikrogram/m3), sedangkan untuk lokasi sampling lainnya masih berada di bawah baku mutu tersebut.

Rata-rata konsentrasi PM10 pada beberapa kota tersebut masih berada di bawah batas ambang harian (150 Amikrogram/m3). Konsentrasi BC di wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi seperti Denpasar memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.

Karakteristik sampel yang dilakukan dengan TAN telah terkuantifikasi 13 unsur pencemar, yaitu Mg, Al, Si, S, K, Ca, Ti, Mn, Fe, Ni, Cu, Zn dan Pb. Dari hasil yang diperoleh teridentifikasi, Makassar memiliki kecenderungan terjadinya pencemaran logam, sedangkan di Denpasar yaitu pencemaran yang berasal dari pembakaran biomassa, Pekanbaru dan Palangkaraya pada saat kebakaran hutan mengalami peningkatan unsur S serta PM2,5 yang sangat tinggi mencapai 7 kali di atas baku mutu harian.

Diketahui, TAN dapat dilakukan dengan metode PIXE, AAN, XRF dan syncroton. Karakterisasi menggunakan beberapa metode sangat diperlukan untuk mendapatkan data yang komprehensif. Pemilihan metode didasarkan pada teknik analisis unsur yang sangat selektif dengan kepekaan tinggi, simultan dan memiliki batas deteksi mencapai orde nanogram.

Metode ini sangat sesuai digunakan untuk analisis jumlah sampel yang relatif banyak, yang terkadang mencapai ratusan buah filter dan berat sampel per filter yang hanya sedikit. TAN merupakan satu-satunya metode karakterisasi yang sesuai karena memiliki kemampuan mendeteksi secara simultan, sensitif, limit deteksi hingga orde nanogram, cepat dan tidak merusak.

Dengan semakin meningkatnya aktivitas manusia dan perekonomian dengan berbasis industri, maka akan semakin meningkat pula pencemaran terhadap udara dan lingkungan. Teknik analisis yang dipilih sangat menentukan dalam memperoleh data dan informasi yang akurat terhadap jenis, jumlah maupun sumber asal pencemar.

"TAN menjadi solusi tepat untuk membantu menyelesaikan permasalahan pencemaran lingkungan dan memberikan masukan kepada pemerintah/pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan terhadap sistem tata kelola lingkungan yang tepat dan terarah," ujar Djarot.

Puluhan Ribu Ekor Ikan Keramba Barito Mati Mendadak
Pengguna masker yang jumlahnya semakin meningkat di Jakarta akibat masih buruknya kualitas udara.

Jurus Batan Atasi Masalah Polusi Udara

Kualitas udara perkotaan di Indonesia cenderung menurun

img_title
VIVA.co.id
29 Juli 2016