Teknologi Termal Paling Tepat Olah Sampah di Bantar Gebang

Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, Rudi Nugroho
Sumber :
  • Yunisa Herawati/ VIVA.co.id

VIVA.co.id – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengusulkan pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantar Gebang, Bekasi, agar diganti menggunakan teknologi termal atau incinerator.

P&G Indonesia Dukung HPSN 2024: Wujudkan Bebas Sampah Plastik dengan Inovasi dan Kolaborasi!

Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, Rudi Nugroho, menyebut pengolahan sampah di Bantar Gebang masih menggunakan teknologi yang sudah lazim digunakan sejak dulu. Yakni sampah dibiarkan membusuk untuk dimanfaatkan menjadi kompos.

"Yang di Bantar Gebang teknologinya yang konvensional. Sekarang di Indonesia sebagian besar masih menggunakan sistem bio, sampah yang membusuk akan jadi kompos. Nah, itu bisa dimanfaatkan," kata Rudi di Gedung BPPT, Jakarta, Senin, 25 Juli 2016.

Teknologi Pengolahan Sampah RDF Dikritik, Riskan Diterapkan di Jakarta

Namun, untuk efektivitas pengolahan sampah warga Jakarta di tempat itu, dia mengungkapkan, perlu penerapan teknologi termal atau incinerator yang banyak kelebihan. Pertama, mampu menghabiskan sampah dengan jumlah besar dalam waktu singkat. 

Kedua, hasil pengolahan itu bisa menciptakan energi listrik yang dapat dimanfaatkan, baik untuk memproses kembali limbah padat maupun aktivitas sehari-hari masyarakat sekitar.

Disentil Jokowi soal ITF Sunter, Heru Budi Malah Pamer Pengolahan Sampah Anies di Bantargebang

"Jadi, dengan menggunakan panas, sampah itu diproses dengan suhu tinggi, kemudian habis menjadi abu. Kemudian, panasnya bisa dimanfaatkan untuk memanaskan boiler, boiler-nya bisa membangkitkan steam. Nah, steam itu untuk menggerakkan turbin, turbinnya nanti jadi listrik," ujarnya.

Sayangnya, kata dia, pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi termal ini memerlukan banyak biaya untuk menciptakan energi listrik dalam membakar sampah itu.

"Sekarang itu namanya tipping fee. Jadi, biaya untuk memproses sampah supaya habis, yang kemudian menjadi listrik. Biaya bahan bakar sampahnya itu kalau secara internasional ada standarnya, di Singapura bisa sampai 900 ribu per ton sampah. Di sini sedang kami kaji," ujar Rudi.

Sejauh ini, pengolahan sampah dengan teknologi termal baru digunakan beberapa negara seperti Jepang, Singapura, Prancis, Finlandia, dan beberapa negara maju lainnya. Teknologi itu dinilai paling efektif dalam pengolahan sampah yang ramah lingkungan.

"Karena jenis teknologi incinerator cukup banyak, maka BPPT akan melakukan kajian untuk menentukan jenis teknologi incinerator yang paling tepat diterapkan di Jakarta nantinya," ungkap Rudi.

Laporan: Yunisa Herawati – Jakarta

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya