Anomali Musim Kemarau, Ini Penyebabnya

Perkiraan akhir musim kemarau
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA.co.id – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BKMG) mengungkapkan penyebab anomali musim di Indonesia. Harusnya, pada Juni ini menjadi pemula musim kemarau. Tapi hingga sekarang, hujan sering melanda beberapa wilayah di Indonesia, termasuk di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Gerhana Matahari Total Bakal Hadir di Indonesia, Cek Jadwalnya

Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, Kukuh Ribudiyanto, mengatakan kemungkinan ada tiga penyebab dari fenomena yang terjadi. Tapi, BMKG masih terus menelusuri kemungkinan pasti penyebabnya.

“Sebentar lagi ada rilis perkiraan awal musim kemarau, awal Agustus nanti,” ujar Kukuh ketika dihubungi VIVA.co.id melalui sambungan telepon, Senin, 25 Juli 2016.

Mayoritas Kota-kota Besar Berpotensi Hujan dampak Dua Siklon Tropis, Menurut BMKG

Terkait tiga penyebabnya yaitu, pertama, ada kemungkinan karena fenomena La Nina atau El Nino. Tapi, kemungkinan dampak fenomena itu masuk kategori lemah, karena dampaknya tidak merata di wilayah Indonesia.

El Nino adalah gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik sekitar ekuator, khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru).

BMKG Temukan Ratusan Titik Panas di Kaltim, Jumlahnya Meningkat dari Sehari Sebelumnya

Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung, maka penyimpangan kondisi laut ini menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer yang pada akhirnya berakibat pada terjadinya penyimpangan iklim. Dampaknya adalah pengurangan jumlah curah hujan yang signifikan di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Sedangkan La Nina adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan mendinginnya suhu permukaan laut Samudera Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Akibat dari La Nina adalah hujan turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.

"Yang berdampak banget itu, kalau wilayah Indonesia yang cenderung hangat terus, khususnya di wilayah Indonesia tengah dan barat,” kata Kukuh.

Lalu, kemungkinan kedua adalah perbedaan suhu permukaan laut di Samudera Hindia sebelah barat Indonesia, dengan suhu permukaan laut di Samudera Hindia sebelah timur Afrika.

Kukuh mengatakan, area Samudera Hindia sebelah barat ini lebih hangat, indeksnya negatif. Artinya, kata Kukuh, ada ‘pasukan air ‘dari Samudera Hindia sebelah barat menuju ke timur Indonesia bagian barat.

Kukuh mengatakan, penyebab ketiga yaitu muson timur atau muson Australia yang membawa uap kering. Muson merupakan angin musiman yang bersifat periodik dan biasanya terjadi, terutama di Samudera Hindia dan sebelah selatan Asia. Tapi periode ini, kata Kukuh, dalam kondisi lemah, sehingga tidak menjadikan wilayah Indonesia kering.

Kukuh mengatakan, saat ini ada beberapa wilayah di Indonesia yang berpotensi mulai kering, yakni di wilayah Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sementara wilayah yang masih hujan, perkiraan penyebab dan waktu datangnya musim kemarau akan segera diberitahukan BMKG. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya