Terungkap Penyebab Migrain

Sakit kepala migrain.
Sumber :
  • dok. Corbis

VIVA.co.id – Konsorsium peneliti mengklaim telah berhasil menguak penyebab migrain. Dalam riset terbaru, peneliti yang tergabung dalam International Headache Genetics Consortium mengidentifikasi ada lebih dari 30 faktor risiko genetik yang menyebabkan . Sebagian besar dari faktor risiko tersebut terkait dengan sistem pembuluh darah.

Dokter Indonesia Dapat Kesempatan Berkarier di Korea

Dikutip dari Wired, Kamis 30 Juni 2016, temuan riset kelompok peneliti itu makin mendukung teori yang menyebutkan pembuluh darah di otak bertanggung jawab dalam .

"Konsorsium kami dengan teguh mengungkap penyebab genetik dan selama beberapa tahun lalu kami telah mampu mengidentifikasi banyak varian risiko," kata Aarno Palotie, profesor Center for Human Genome Research di Massachusetts General Hospital, Amerika Serikat, yang memimpin studi tersebut.

Yayasan Sativa Nusantara Resmi Serahkan Policy Brief Ganja Medis

Palotie mengatakan, dalam studi terbaru yang dijalani konsorsium itu, ditemukan puluhan faktor risiko genetik. Dia mengatakan semua varian risiko itu hanya sedikit memodifikasi migrain, maka dampaknya varian itu hanya bisa dilihat saat ada sejumlah besar sampel tersedia.

Dalam studinya, tim peneliti mengumpulkan sampel DNA dari 375 ribu orang Eropa, Amerika dan Australia responden. Data mereka dianalisis dengan 60 ribu responden penderita migrain. Pengumpulan sampel ini menambah pengumpulan data sebelumnya dari 35 ribu penderita migrain.

AS dan China Rebutan Lapak di Bulan

Kemudian didapatkan total 38 wilayah genom yang dikaitkan dengan migrain. Dari 38 area genom tersebut, hanya 10 yang dikaitkan dengan migrain sebelumnya.

Peneliti mengatakan, meski satu dari tujuh orang di dunia mengalami migrain, tapi mekanisme molekular masih susah dipahami. Makanya hal ini menjadi tantangan dalam pengembangan perawatan baru.

Dalam analisanya, peneliti mengatakan, banyak area genomik itu yang terkait migrain terlibat dalam 'aturan pola pembuluh darah' yang penting dalam serangan migrain.

Sementara peneliti lainnya, John-Anker Zwart, mengatakan temuan dalam studi itu menjadi sebuah modal penting bagi perawatan tiap penyakit kompleks. Temuan itu sekaligus bisa mengefisienkan  perawatan bagi penderita migrain yang kadang punya perbedaan satu dengan yang lainnya.

"Di masa depan, kami berharap informasi ini bisa dipakai dalam memisahkan pasien dalam kelompok genetik berbeda untuk percobaan obat klinis, dan meningkatkan kesempatan mengidentifikasi perawatan masing-masing kelompok (penderita)" kata Zwart.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya