Brexit dan Nasib Partikel Tuhan

Large Hadron Collider (LHC).
Sumber :
  • http://cutpen.com

VIVA.co.id – Referendum rakyat Inggris untuk mengambil keputusan keluar atau tetap bersama dengan Uni Eropa tampaknya bisa berdampak bagi dunia ilmu pengetahuan.

Mengingat Momen Mudik Maut di Brebes Exit Tahun 2016, Belasan Orang Tewas

Referendum yang dikenal dengan Brexit bisa mengancam pendanaan riset peneliti Inggris dan Eropa, jika nantinya hasil referendum memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa. Hal itu dikhawatirkan oleh komunitas peneliti Inggris.

Dikutip dari Sky, Selasa 21 Juni 2016, menurut data dari Royal Society, para ilmuwan di Inggris menerima setidaknya pendanaan riset 8,8 miliar Euro dari Uni Eropa selama 2007-2013. Dana riset dalam periode itu lebih tinggi dari alokasi yang disediakan akademi sains nasional Inggris, Royal Society. Selama 2007-2013, Royal Society hanya memberikan bantuan dana senilai 5,4 miliar Euro saja.

Resident in UK Can Only Buy Three Tomatoes, Peppers and Cucumbers

Nah jika Negeri Ratu Elizabeth II itu memutuskan meninggalkan Uni Eropa, maka dikhawatirkan tidak ada hibah riset yang akan digulirkan kembali, bahkan bisa juga Uni Eropa akan memotong pendanaan.

Makanya ilmuwan kini sedang galau apakah mereka harus mengajukan pendanaan baru ke Komisi Riset Eropa untuk menjamin riset di masa depan atau tidak.

Tak Kunjung Dapat Pekerjaan, Thomas Tuchel Terancam Diusir dari Inggris

Hasil Brexit akan berdampak pada riset peneliti Inggris. Tapi referendum itu tidak akan menggoyahkan proyek riset terbesar di Benua Biru tersebut, yaitu Badan Antariksa Eropa (ESA) dan CERN yang mengoperasikan penumbuk raksasa Large Hadron Collider (LHC). Diketahui LHC merupakan fasilitas penumbuk raksasa yang menemukan Partikel Tuhan beberapa tahun lalu. Lokasi LHC ada di bawah tanah di perbatasan Prancis antara Swiss, Jenewa.  Sebab dua proyek itu tidak terkait dengan ketentuan Pasal 50 Perjanjian Uni Eropa yang mengatur mekanisme keluarnya anggota dari Uni Eropa.

Profesor kosmologi dan penulis Royal Society Uni Eropa, Carlos Frenk meyakini kolaborasi peneliti Eropa akan tetap berlangsung. Tapi dalam jangka, bisa saja kolaborasi peneliti terancam, kian sulit mendapatkan akses sumber dana.

"Kami tak akan punya akses jaringan yang sama. Kami akan kehilangan kemudahan kolaborasi dengan rekan-rekan peneliti," kata Frenk.

Untungnya, Frenk mengatakan, saat ini sumber kekuatan kolaborasi peneliti terbesar saat ini bukan dari Uni Eropa tapi dari Amerika Serikat. Jadi dia yakin saja, kolaborasi riset tidak akan terdampak.

Untuk diketahui, pemungutan suara Brexit akan dilakukan pada 23 Juni 2016 waktu setempat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya