Ini Alasan Perusahaan Perlu Strategi Data Terpusat

Ilustrasi Data Center
Sumber :
  • Sun Microsystems

VIVA.co.id – Commvault, penyedia perlindungan data dan pengelolaan informasi perusahaan, mengumumkan temuan terbaru dalam survei International Data Corporation (IDC) laporan kertas putih berjudul ‘The Data-Driven Organisation: Unlocking Greater Value from Data and Minimising its Associated Costs and Risks’.

Ini Mata Kuliah yang Sesuai Perkembangan Tren Teknologi

Survei itu meliputi 10 negara, yakni Australia, Selandia Baru, Tiongkok, Hong Kong, Korea, Singapura, Malaysia, Thailand, India, dan Indonesia.

Dalam laporan tersebut, ditemukan perusahaan gagal mendapatkan nilai maksimal dari data mereka, karena pendekatan departemen ke manajemen data.

ICAMT-ICMR 2019: Saatnya Tahu Tren Ristek Dunia

Commvault menugaskan IDC untuk melakukan survei terhadap 600 pembuat keputusan teknologi informasi di Asia Pasifik dan India, agar lebih memahami bagaimana mereka dapat memanfaatkan data, sebagai satu aset strategis, sekaligus meminimalisir risiko biaya yang terkait.

Setidaknya, ada tiga penemuan utama yang berhasil diungkap dari survei IDC, antara lain:

Tren Teknologi 2019, Masa Depan AI Hingga Mobil Otonom

1. Dua tantangan manajemen data teratas untuk Asia pasifik meliputi permintaan pengambilan data yang lebih mudah dan lebih cepat dan pertumbuhan eksponensial dan kompleksitas data. Namun, Indonesia menempati urutan pertama untuk penarikan data yang lebih cepat, lebih mudah (92 persen), diikuti oleh tekanan anggaran (88 persen).

Selain itu, ditemukan juga organisasi di Singapura, menyadari kebutuhan pengambilan data yang lebih cepat dan lebih mudah (86 persen) sebagai tantangan terbesar. Ini merupakan pergeseran dari 12 bulan lalu, yang mana keduanya berada pada posisi sebaliknya.

2. Ada 40 persen dari pembuat keputusan TI di wilayah Asia Pasifik yang melaporkan, backup, pemulihan, perlindungan data, dan strategi analitik masih ditangani di tingkat departemen.

Tercatat, hampir setengah (42 persen) dari perusahaan di Indonesia, merujuk pada tren menjaga manajemen data dan strategi analitik pada tingkat departemen yang menyebabkan data silo.

Untuk catatan, mentalitas silo merupakan kecenderungan mental ketika beberapa departemen atau sektor tertentu tidak bersedia, atau cenderung tertutup untuk berbagi informasi dengan departemen lain di perusahaan yang sama.

Manajemen silo ini telah membawa sejumlah masalah mendasar bagi tim teknologi informasi. 38 persen yang menyatakan keamanan sebagai perhatian utama, dibandingkan 29 persen untuk Asia Pasifik secara keseluruhan.

3. Saat mempertimbangkan solusi backup dan pemulihan, pemimpin teknologi informasi di Indonesia mempertimbangkan platform end-to-end sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan.

Director Systems Engineering ASEAN, Commvault, Mark Bentkower mengatakan, penemuan-penemuan itu memvalidasi pentingnya kecepatan dan skala dalam mengelola informasi bisnis yang penting.

"CIO (Kepala Informasi) di seluruh dunia menghadapi masalah yang sama, yaitu silo pengelolaan data mereka menciptakan bottlenecks yang mengakibatkan hilangnya peluang dan menghambat organisasi mendapatkan nilai data yang maksimal sebagai aset yang kuat dan strategis," ucap Bentkower.

Dengan kata lain, temuan-temuan ini, khusus seputar bagaimana data yang berbeda menyebabkan kenaikan biaya dan risiko, dan membuat kekhawatiran dari CIO di dunia. CIO berada pada posisi utama untuk mencegah isu-isu tersebut dan menggelar solusi yang diperlukan untuk mengelola organisasi mereka untuk keberhasilan pengelolaan data.

"Dengan menggunakan pendekatan yang lebih terintegrasi ke manajemen data, mereka dapat lebih mudah memanfaatkan teknologi baru dan lebih terbuka, seperti cloud, sekaligus meningkatkan keamanan informasi," tutur dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya