NASA Buktikan 2016 Tahun Terpanas

Seorang bocah India memilih berenang untuk mengatasi cuaca panas, 21/4/2016.
Sumber :
  • REUTERS/Adnan Abidi

VIVA.co.id – Laju suhu hangat yang terjadi di Bumi terus berlanjut. Laporan terbaru dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), pada 2016 diperkirakan menjadi tahun terpanas yang pernah terjadi.

Suhu Terpanas Bumi Ada di 'Bukit Kematian'

Salah satu dampak yang terjadi, tahun ini menjadi yang terpanas, karena adanya El Nino. Seperti diketahui, El Nino merupakan suatu gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut.

NASA melaporkan, dikutip dari Live Science, Kamis, 16 Juni 2016, pada Mei 2016 saja tercatat suhunya 1,6 derajat Fahrenheit (0,93 derajat Celsius), lebih hangat daripada periode 1951-1988. Sedangkan sejak Oktober 2015, suhu saat ini kurang dari 1,8 derajat Fahrenheit (1 derajat Celsius), di atas rata-rata dalam data NASA yang dibentangkan dari 1880.

Suhu Ibu Kota Capai 51 Derajat Celcius, Warga Mandi Matahari di Jalan

Sementara itu, pengukuran suhu yang dilakukan oleh Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) akan merilis datanya soal perkembangan suhu global pada Jumat pekan ini. Apabila tercatat hangat, maka NOAA melihat laju suhu global terus mengalami peningkatan selama 13 bulan berturut-turut.

Dalam pengukuran suhu ini, NASA dan NOAA menggunakan metode yang sedikit berbeda untuk memproses data dan menggunakan periode dasar. NOAA dikatakan menggunakan rata-rata data di abad ke 20.

Korea Selatan Alami Suhu Terpanas Selama Lebih dari Satu Abad

Di samping itu, apabila tidak mengacu pada data kedua instansi tersebut, ada 99 persen kemungkinan menjadikan Mei jadi yang terpanas. Sebabnya, seperti adanya badai La Nina dan El Nino yang turut menguatkan laju suhu global mengalami peningkatan.

Untuk menunjukkan berapa banyak suhu rata-rata Bumi menghangat sejak zaman pra-industri, Climate Central organisasi non profit yang menganalisis laporan iklim mencatat, kedua data dari NASA dan NOAA dengan dibandingkan periode 1881-1910.

Hasilnya, pada April kemarin saja, rata-rata suhu globalnya 2,6 derajat Fahrenheit (1,45 derajat Celcius) dari periode sebelumnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya