UGM Ciptakan Aplikasi Peringatan Dini untuk Banjir

Seorang pengendara sepeda motor melewati banjir, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (10/6/2016).
Sumber :
  • ANTARA/Jojon

VIVA.co.id – Banjir merupakan salah satu bencana yang kerap melanda wilayah ibu kota. Terutama karena bentuk dataran Jakarta yang memang memiliki karakteristik cekung. Sistem peringatan dini yang mudah diakses oleh masyarakat umum diperlukan untuk meminimalisasi dampak dari banjir.  

Prof Koentjoro UGM Dikirimi Pesan Caci Maki Usai Kritik Demokrasi di Indonesia

Masyarakat ibu kota saat ini bisa mengetahui lebih dini saat banjir datang. Cukup dengan membuka aplikasi iFlee pada Android. Ini merupakan aplikasi peringatan dini yang menghubungkan antara perangkat pendeteksi ketinggian air dengan aplikasi yang ada pada smartphone.

Aplikasi iFlee ini dikembangkan oleh lima mahasiswa Fakultas Teknik UGM, Asri Nur Latifah, Suryo Prakoso Putra, Zufar Amanulah M, Toga Ardian S, dan Shalahuddin Al-Ayubi.

Sepekan Terjadi 30 Bencana Besar di Jateng, Pj Gubernur: Percepat Penutupan Tanggul

Perangkat iFlee yang telah terpasang di beberapa titik rawan banjir akan mengirimkan informasi real-time mengenai kondisi ketinggian air di lokasi tersebut. Jika ketinggian air telah mencapai batas tertentu maka perangkat akan langsung mengirimkan informasi peringatan dini kepada warga yang ada di sekitar lokasi.

Pengiriman info peringatan dini ini dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui pesan teks singkat (SMS), serta melalui notifikasi pada aplikasi dalam bentuk animasi.

2 Santriwati Ditemukan Meninggal Usai Hanyut Diterjang Banjir Grobogan

Menurut Suryo, aplikasi ini dapat digunakan untuk membantu mitigasi bencana banjir dengan memberikan informasi teraktual melalui smartphone yang digunakan oleh banyak orang.

“iFlee merupakan sebuah inovasi yang menggabungkan kemampuan software-making, real-time server management, hingga social networking yang berfokus pada bencana,” ujar Suryo, Kamis, 16 Juni 2016.

Perangkat keras yang digunakan dalam sistem informasi ini terdiri atas sensor, pengendali mikro dan modul GSM. Perangkat ini pun menerapkan penggunaan energi berkelanjutan, dengan panel surya sebagai sumber energinya, yang disimpan di dalam sebuah power bank.

Sementara itu, perangkat lunak iFlee dibuat dengan bahasa pemrograman Android yang telah dikenal oleh masyarakat sehingga lebih mudah dalam penggunaan dan pengembangannya.

“Trial project aplikasi iFlee akan diterapkan di Jakarta, mengingat fungsi kota ini sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat peradaban di negara ini, mulai dari edukasi, sosial, politik dan ekonomi walau berlokasi di daerah rawan bencana,” katanya.

Sebagai jembatan komunikasi, aplikasi iFlee bekerja dengan real time server yang terintegrasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sehingga aliran informasi menjadi lebih cepat dan valid.

Selain itu, mereka juga telah mengklaim telah menjalin kerja sama dengan BNPB Yogyakarta agar teknologi ini dapat diterapkan di Yogyakarta, tidak hanya untuk mendeteksi ketinggian air namun juga untuk mendeteksi lahar dingin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya