Mengenal Manusia Pertama Pengambil Gambar Bulan

Gambar pertama permukaan Bulan
Sumber :
  • www.space.com/NASA

VIVA.co.id – Setengah abad lalu, 2 Juni 1966, Amerika Serikat berhasil mengukir sejarah. Program misi ke Bulan Negeri Paman Sam itu berhasil mendaratkan robot di permukaan satelit Bumi itu.

Dua WNI Batal Terbang ke Paris Akibat Boarding Pass dan Visa Tertukar, Kinerja Kedutaan Disorot

Jejak keberhasilan itu kemudian berlanjut. Tiga tahun kemudian, misi antariksa AS berhasil mendaratkan manusia untuk pertama kali ke Bulan. Astronot dalam misi pendarat Apollo berhasil mendarat di Bulan melalui pesawat antariksa Surveyor 1.

Di balik keberhasilan bersejarah itu, ada peran seorang yang belum banyak diulas. Dia adalah Justin Rennilson. Pria yang kini berusia 89 tahun itu menjadi saksi pencapaian tersebut. Sebab dia adalah anggota tim Surveyor tersebut. Rennilson diketahui merupakan orang pertama yang bertugas mengambil gambar Bulan.

Mengenal Agama Sikh, Keyakinan yang Dianut Bunga Zainal dan Anak-anaknya

Dikutip dari Space, Jumat 10 Juni 2016, Rennilson membantu kamera pada robot pendarat untuk mengambil gambar Bulan. Dia juga bertugas mengarahkan kamera pada pesawat Surveyor 1 untuk mengambil gambar Bulan. Beberapa tahun sebelumnya, dia juga membantu kamera pesawat antariksa Rogers 7 untuk mengambil gambar pertama Bulan.

Gambar-gambar pertama Bulan yang diambil memang tidak terpublikasi, hanya sedikit gambar pada misi Surveyor 1 yang terpublikasi di internet. Sebab saat itu gambar tersebut dikumpulkan pada kumparan film, mengingat perangkat komputer belum maju seperti sekarang.

KPK Fires 66 Employees Who Accepted Bribes from Inmates

Namun kini, berkat upaya kelompok peneliti di University of Arizona Lunar and Planetary Laboratory's Space Imagery Center, 93 ribu foto dari program Surveyor 1 itu bisa terdigitalisasi. Dalam beberapa bulan, gambar tersebut bisa tersedia untuk publik.  

"Dalam pikirannya (Rennilson) gambar-gambar tersebut tidak akan tersedia untuk publik pada internet dan sayang sekali karena itu sangat berharga dan pencapaian luar biasa," tulis Discovery News yang mewawancarai Rennilson.

Saksi misi bersejarah AS itu mengatakan, dengan kemajuan teknologi saat ini, ia yakin beberapa misi bisa dilakukan. Misalnya mendalami debu betiup di Bulan yang terjadi setiap Matahari terbit dan terbenam.

Rennilson mengaku pada setengah abad lalu, bersama timnya, dia melihat garis terang di ufuk. Dia menduga garis itu kemungkinan adalah debu yang melayang atau bertiup.

"Jika partikel bergerak ke atas dengan medan elektrostatik Bulan, mereka (partikel) mungkin tidak jatuh ke bawah pada tempat yang sama seperti mulanya," kata Rennilson kepada Discovery News.

Jejak sang saksi

Awal mula Rennilson terlibat dalam misi bersejarah itu dimulai pada 1961. Saat itu, Rennilson baru saja lulus kuliah dengan fokus fisika optik. Saat itu dia bekerja di Scripps Institution of Oceanography, San Diego, AS.

Kemudian seorang kawan memberi kabar bahwa Jet Propulsion Laboratory (JPL) Badan Antariksa AS (NASA) di Pasadena, California membutuhkan orang yang paham dalam bidang optik. Kemudian dia memutuskan bergabung dengan laboratorium NASA tersebut.

Kebetulan pada tahun tersebut, memang sedang menjadi momen penting persaingan penerbangan antariksa berawak. Selain AS, saat itu Uni Soviet telah mengukir sejarah dengan menerbangkan manusia pertama ke antariksa pada 12 April 1961.

Dalam JPL, Rennilson bergabung dalam kelompok ilmuwan foto yang bertanggung jawab pada semua jenis pencitraan gambar dalam kamera misi pendaratan di Bulan tersebut. Rennilson dan timnya termasuk yang mengelola gambar pada misi sebelum Surveyor, yaitu misi Rangers antara 1964 sampai 1965. Misi tersebut dikatakan sebagai misi yang menunjukkan gambar close up Bulan oleh Amerika pertama kalinya.

Dalam misi Rangers, Rennilson juga bekerja akrab dengan Eugene Shoemaker, salah satu pendiri ilmu planet NASA dan Gerad Kuiper, salah satu peneliti utama misi Ranger.

Kemudian dalam misi Surveyor, Rennilson bertugas pada kamera Bell and Howell dengan sistem zoom. Saat itu tim memutuskan, berbasis desain kamera pada Surveyor, akhirnya diambil gambar pada posisi sudut sempit dan posisi berlawanan dari gambar wide angle.

Rennilson mengatakan, foto Bulan tersebut, menjadi 'pintu' bagi peneliti untuk mendaratkan misi Surveyor. Foto itu menunjukkan pesawat antariksa besar bisa mendarat di permukaan Bulan dan akhirnya NASA melatih pendaratan .   

Gambar yang diambil dari pesawat pengorbit Surveyor itu belakangan juga membantu untuk menentukan titik pendaratan misi astronot Apollo.

Setelah itu, Rennilson juga membantu merencanakan misi moonwalk astronot Apollo pada 1969 dan 1972. Usai misi itu, dia kembali ke San Diego dan bekerja di Gamma Scientific, laboratorium sistem pengujian film dan spektroradiometer.

Rennilson sempat mendirikan perusahaan miliknya yang berjalan selama 13 tahun, sebelum akhirnya dijual.

Dalam masa senjanya, Rennilson masih tetap bekerja sebagai konsultan dan tetap aktif memantau program program eksplorasi Bulan yang baru. Dia berharap, misi terbaru akan bisa membuktikan debu melayang yang sempat ia saksikan setengah abad lalu.

"Adalah hal indah untuk berbicara dengan orang tentang apa yang kami lihat di Bulan. Hipotesis kami hanya bisa dibuktikan oleh orang yang mendarat lagi dan mengambil gambar," ujarnya.   

(mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya