Juli-September, BMKG Ingatkan Dua Fenomena Penting Ini

Ilustrasi petugas BMKG
Sumber :
  • M Nadlir

VIVA.co.id – Munculnya El Nino dan kemarau panjang pada umumnya akan diikuti dengan fenomena La Nina (hujan berkepanjangan). Terkait dengan hal ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi peluang munculnya La Nina mulai muncul pada periode Juli, Agustus, September (JAS) 2016 dengan intensitas lemah sampai sedang.

Waspada, Kabupaten Sumba Timur Diprediksi Alami 60 Hari Tanpa Hujan

EL Nino merupakan gejala penyimpangan kondisi meningkatnya suhu permukaan laut yang signifikan di samudera Pasifik sekitar ekuator, khususnya di bagian Tengah dan Timur. Dampaknya adalah pengurangan jumlah curah hujan yang signifikan di beberapa negara, termasuk Indonesia.

"Bersamaan dengan munculnya La Nina, terdapat pula fenomena lain yang perlu diperhatikan yaitu Dipole Mode Negatif," kata BMKG dalam keterangan persnya, Jumat 3 Juni 2016.

Gempa 6,9 Skala Richter Mengguncang Banten, Ini Akibatnya

Untuk informasi, Dipole Mode Negatif merupakan kondisi suhu muka laut di bagian Barat Sumatera lebih hangat dan suhu muka Iaut di pantai timur Afrika. Kondisi itu menyebabkan tambahan pasokan uap air yang dapat menyebabkan bertambahnya curah hujan untuk wilayah Indonesia bagian Barat.

Indeks Dipole Mode diprediksi menguat pada Juli hingga September, yang dapat memicu bertambahnya potensi curah hujan di wilayah barat Sumatera dan Jawa.

Gempa Bumi Magnitudo 7,1 Guncang Ternate, Berpotensi Tsunami

Namun, La Nina tidak terjadi merata, terdapat sebagian wilayah yang tetap memasuki siklus kemarau normal.

"Untuk wilayah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara tidak terdampak oleh Dipole Mode dan sifat hujan di wilayah tersebut pada musim kemarau 2016 diprediksi normal," tulis BMKG.

Kondisi kabut asap terlihat jelas kualitas udara dan jarak pandang terbatas. (Foto: Rochman/TIMES Indonesia)

Minggu, Udara di Palembang Masuk Level Bahaya

Sore hari dihimbau warga tak keluar rumah

img_title
VIVA.co.id
22 September 2019