Banyak Pemalsuan, Alibaba Perketat Kontrol Jual Barang Mewah

Pendiri Alibaba Jack Ma di Bursa Saham New York, Jumat, 19 September
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – Platform belanja online Alibaba Group Holding Ltd, Taobao, memperketat kontrol terhadap penjualan barang-barang mewah, dalam rangka memerangi penjualan barang palsu.

Bertemu Menkeu G20, Sri Mulyani Ungkap Pandangannya soal Kondisi Ekonomi Dunia

Dilansir Reuters, Rabu, 1 Juni 2016, penjual barang mewah diwajibkan menunjukkan keaslian produk mereka, seperti menyertakan invoice atau surat kuasa dari merek-merek mewah, mulai 20 Mei 2016.

Bila para agen penjual tidak dapat menunjukkan bukti keaslian barang maka Taobao akan menghapusnya dari portal, dan dana mereka dan dibekukan.  

Alasan Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Global 2023 Jadi 1,7 Persen

"Untuk menciptakan sebuah lingkungan belanja yang sehat dengan sebuah integritas tinggi, dan untuk melindungi kepentingan hukum konsumen dan pemilik merek, Taobao bersiap untuk menertibkan penjualan-penjualan produk-produk merek mewah," kata Alibaba.

Alibaba memberitahu penjual untuk bertindak cepat memeriksa dan memperbaiki barang-barang palsu. Pemberitahuan ini diikuti dengan peringatan kemungkinan penutupan toko dan sanksi hukum lainnya.

5 Ancaman di Tahun 2023, Ketahui untuk Tidak Terkena Dampaknya!

Pihak berwenang China menyatakan akan melancarkan kampanye untuk penertiban e-commerce, menarget pelanggaran merek dagang, pemalsuan, dan kualitas produk rendah. Kebijakan ini berpotensi mempengaruhi perusahaan-perusahaan e-commerce seperti Alibaba, JD.com Inc, dan Baidu Inc.

Gucci, Yves Saint Laurent dan merek mewah lainnya, telah mengajukan gugatan di pengadilan New York pada Mei tahun lalu terhadap Alibaba. Mereka menuduh Alibaba menjadi saluran raksasa untuk barang-barang palsu dan para pemimpinnya telah sengaja memungkinkan penjualan barang palsu.

Ilustrasi peluang dan strategi bisnis di era ekonomi digital.

Negara Ini Bakal Salip Amerika Serikat, tapi Bukan China

Lembaga perbankan Goldman Sachs kembali merilis laporannya terkait ramalan ekonomi dunia. Mereka menjelaskan bahwa India akan menyusul Amerika Serikat (AS), bukan China.

img_title
VIVA.co.id
12 Juli 2023