Ini Sebab Ilmiah Hidung Pesek dan Mancung

Ilustrasi hidung penciuman
Sumber :

VIVA.co.id – Bentuk hidung manusia ada yang pesek maupun mancung. Bentuk hidung itu ternyata diakibatkan oleh gen tertentu. Hasil studi peneliti menunjukkan ada empat gen yang bertanggung jawab membentuk hidung, apakah pesek atau mancung.

7 Fakta Sains Menakjubkan di Dunia yang Belum Banyak Terungkap

Dikutip dari Live Science, Jumat 20 Mei 2016, empat gen tersebut adalah GLI3, PAX1, DCH2, dan RUNX2.

Peneliti menemukan empat gen penentu bentuk hidung itu setelah meneliti hampir 6.000 orang dari Kolombia, Peru, Brasil, Chile, dan Meksiko, dalam studi CANDELA. Studi ini mempelajari keragaman biologi dari kehidupan masyarakat di Amerika Latin. Responden dalam studi ini memiliki campuran dari keturunan ras Kaukasian, Afrika, Amerika asli, dan Eropa serta lainnya.

Hiu Megalodon Ternyata Benar Ada

Sampel tersebut dianggap peneliti sudah cukup untuk mewakili keragaman dari bentuk fitur wajah manusia.

Peneliti menjelaskan dalam studi mereka, tim menganalisis fitur wajah responden, merekonstruksi secara tiga dimensi wajah dari 3.000 responden. Tujuannya yaitu mendapatkan pengukuran fitur wajah responden.

Jangan Terkecoh oleh Jambul Hewan Ini

Setelah mengukur fitur wajah, peneliti juga melihat gen dari responden. Dari pendalaman itu, peneliti menemukan tiga gen yang bertanggung jawab pada pertumbuhan tulang dan tulang rawan yang bisa dipakai untuk memprediksi bentuk hidung.

Dua gen yaitu GLI3 dan PAX1, diketahui bertanggung jawab pada bentuk hidung pesek. Gen DCH2 mengendalikan bentuk hidung mancung dan gen RUNX2 dikaitkan dengan lebarnya hidung.

Peneliti mengatakan, tiga gen yaitu GLI3, RUNX2, dan DCH2, terlihat telah berubah selama masa manusia modern pada masa lalu, dibandingkan keadaan gen itu pada masa awal manusia.

Dengan demikian, menunjukkan gen tersebut telah mendapat tekanan kuat dari seleksi alam dalam masa modern.

Peneliti menunjukkan perbedaan bentuk hidung berevolusi dalam lingkungan yang berbeda. Misalnya, peneliti menunjukkan, bentuk hidung yang sempit pada orang Eropa terkait dengan adaptasi cuaca dan lingkungan setempat.

"Itu mewakili sebuah adaptasi dari iklim kering juga dingin," kata Andrés Ruiz-Linares, pemimpin studi yang merupakan ahli biologi University College London, Inggris.

Linares berpendapat, dengan mengidentifikasi gen hidung tersebut bisa memberikan bekal pemahaman dalam evolusi wajah pada spesies lainnya. Sementara itu, penulis pendukung lainnya, Kausturbh Adhikari, mengatakan temuan itu membantu peneliti memahami evolusi kehidupan manusia awal.

"Menemukan peran masing-masing gen membantu kami untuk mengumpulkan jalur evolusi Neandhertal sampai manusia modern," kata Adhikari yang merupakan pakar pengembangan biologi dan sel dari University College London.

Bagi dia, temuan studi ini membawa tim peneliti lebih dekat dalam memahami bagaimana gen memengaruhi cara manusia melihat penerapan forensik. Hasil studi ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications terbitan 19 Mei.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya