Mengenal Darwin-OP2, Robot 'Sahabat' Anak Autis

Robot Darwin-OP2.
Sumber :
  • www.robotis.us

VIVA.co.id – Peneliti Jurusan Teknik Biomedikal University George Washington, Amerika Serikat berhasil menciptakan robot yang bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak-anak penderita autis. Robot canggih itu dinamakan dengan Darwin-OP2.

Robot Cantik Ini Bisa Ngobrol dan Bercanda

Dilansir Tech Times, Senin, 2 Mei 2016, Chung Hyuk Park, salah satu peneliti menjelaskan, Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan kondisi gangguan neurobehavioral yang menghampiri anak-anak di usia dini. Gangguan ini, ditandai dengan gangguan interaksi sosial dan kesulitan dalam berkomunikasi, serta membentuk hubungan dengan orang lain.

Nah, dengan bantuan robot Darwin-OP2 ini, ia mengatakan, anak penderita autis bisa mengalami perubahan komunikasi, interaksi dan bersosialiasi jadi lebih baik. Pada tahap awal ini, kata Park, robot yang mereka ciptakan itu masih diperuntukan bagi anak usia lima hingga sepuluh tahun. Tapi perkembangan terbaru, Park menuturkan, Darwin-OP2 juga bisa berinteraksi dengan balita berusia tiga tahun.

Eropa Sepakat Atur 'Hak Asasi' Robot

Dia mengatakan, penderita autis memiliki karakteristik gangguan yang berbeda-beda. Namun yang umum, biasanya anak menderita autis ini cenderung menghindari kontak mata. Otomatis, itu bisa menghambat kemampuan mereka berinteraksi dengan sekitar, termasuk anggota keluarganya sendiri.

“Namun, ditemukan bahwa anak-anak autis lebih nyaman menjangkau robot, karena tindakan (robot), mereka (anak-anak) dapat mengontrol dan memprediksi, dibandingkan dengan manusia,” kata Park.

Lengan Robot Bikin Pemuda Ini Bisa Rasakan Sentuhan Lagi

Dalam seri eksperimen terhadap Darwin-OP2, Park mengatakan, mereka membuatnya dalam tiga varian ukuran tubuh, yaitu mini, menengah dan besar. Kategori mini dan menengah dikhususkan mampu menampilkan emosi wajah dan tindakan fisik anak. Sementara kategori besar, mengajari anak-anak lebih interaktif dalam tindakan fisik, seperti bermain, bahkan olah raga.

Selain itu, peneliti juga menyematkan kecerdasan buatan (AI) pada Darwin-OP2, sehingga robot tersebut bisa menganalisis perilaku anak. Data yang diperoleh, kemudian dibaurkan untuk menemukan cara yang berbeda dan tepat agar anak-anak bisa berinteraksi.

Tak lama lagi, Park berharap teknologi Darwin-OP2 bisa dimanfaatkan oleh seluruh keluarga yang memiliki anak menderita autis. Ia mengatakan, Darwin OP2 masih da am kontrol peneliti untuk meningkatkan kecerdasan buatan dan gerakannya. “Membuat mereka bekerja seperti manusia, masih mimpi kami.”

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya