Teknologi Fuel Cell, Alternatif Energi Listrik untuk BTS

Perawatan BTS 4G.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Business Development Director PT Cascadiant, Charles Giroth mengatakan mereka telah menguasai hampir 600 Base Transceiver Stasion (BTS) di Indonesia yang telah menerapkan teknologi Fuel Cell. Teknologi tersebut dapat dipakai sebagai pengganti pasokan lenergi saat listrik pada BTS mati .

Hal yang Dibutuhkan RI bila Ingin Bangun Pasar Energi Terbarukan

Teknologi sel bahan bakar (Fuel Cell) merupakan perangkat yang mengubah energi kimia jadi energi listrik. Bahan bakunya menggunakan hidrogen, oksigen dan gas alam seperti metanol. Dalam pengembangan teknologi Fuel Cell khusus untuk industri telekomunikasi tersebut, PT Cascadiant, bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
 
Pada prinsipnya, Giroth mengatakan, teknologi Fuel Cell yang dijajaki perusahaannya berfungsi sebagai pengganti genset bagi BTS jika listrik mati. “Kalau BTS itu kan harus nyala selalu. Anda mau main Path enggak mungkin tersendat kan?” katanya kepada VIVA.co.id saat ditemui di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat 15 April 2016.
 
Giroth mengakui penggunaan teknologi Fuel Cell lebih mahal dibanding dengan pembangkit listrik tenaga fosil. Tapi, untuk menarik agar banyak industri telekomunikasi mau menggunakan teknologi Fuel Cell, Cascadiant menggunakan tawaran harga yang sama jika menggunakan genset.

“Kelebihan teknologi Fuel Cell ini ramah lingkungan, nol emisi karbon dan anti bising. Jadi enggak kayak genset ya,” kata Giroth.
 
Mengenai harga, Giroth menambahkan, tarif tergantung pada rata-rata waktu listrik mati. Ia mencontohkan jika listrik mati selama 60 jam, kisaran harga per bulan adalah US$420 hingga US$600.
 
“Tergantung jam mati listrik ya. Kalau di wilayah Kalimantan, Sumatera kan suka lama ya. Kalau kisaran 60 jam itu kita bisa pasang (alat) Fuel Cell sampai 60,” kata Giroth.
 
Terkait regulasi teknologi Fuel Cell yang saat ini belum ada, Giroth berharap agar pemerintah segera membuat regulasinya. Sebab Fuel Cell merupakan energi alternatif yang sangat ramah lingkungan.
 
“Belum ada regulasi saja kita sudah sampai 600 BTS, apalagi sudah ada. Kita harap bukan malah jadi 600 ya, jadi bisa seribu lebih,” tuturnya.

Foto udara panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Cirata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Alasan Harga Panel Surya di Indonesia Belum Kompetitif

Harga panel surya Indonesia mahal dibanding negara lain.

img_title
VIVA.co.id
28 Juli 2020