Dua Proyek Riset Ambisius China Soal Gelombang Gravitasi

Ilustrasi gelombang gravitasi
Sumber :
  • NASA

VIVA.co.id –  Penemuan gelombang gravitasi oleh tim peneliti Laser Interferometer Gravitational-wave Observatory (LIGO) di Amerika Serikat pekan lalu mendapat sambutan dari peneliti di China.

Dokter Indonesia Dapat Kesempatan Berkarier di Korea

Peneliti di Negeri Tirai Bambu itu mendukung temuan itu dengan menyiapkan akselerasi riset gelombang yang bisa membantu menyingkap rahasia alam semesta tersebut.

Dikutip Xinhuanet, Senin 15 Februari 2016, peneliti Sun Yat-Sen University, China mengaku sudah menyiapkan proyek penelitian gelombang gravitasi. Dekan institut astronomi dan ilmu antariksa Sun Yat-Sen University, Li Miao, mengatakan proyek penelitian itu sebenarnya tinggal menunggu persetujuan pemerintan China sejak Juli tahun lalu. Proyek penelitian gelombang gravitasi ala China itu disebut Tianqin.

Yayasan Sativa Nusantara Resmi Serahkan Policy Brief Ganja Medis

Penelitian gelombang itu diprediksi menelan biaya US$2,3 miliar. Dalam riset itu, peneliti akan menjalankan empat tahapan riset dalam jangka 15 sampai 20 tahun ke depan. Riset ini dilakukan dengan meluncurkan tiga satelit orbit tinggi yang ditugaskan mendeteksi gelombang gravitasi tersebut.

Dalam menjalankan proyek tersebut, peneliti Sun Yat-Sen University akan berkolaborasi dengan institusi lainnya. Proyek ini akan mengambil lokasi laboratorium dan pengamatan seluas 15 ribu meter persegi di Pegunungan Fenghuang, Zhuhai City, Guangdong.

AS dan China Rebutan Lapak di Bulan

Peneliti LIGO, Chen Yanbei mengatakan proyek Tianqin merupakan proyek penelitian yang berbeda dengan riset peneliti di AS yang menemukan gelombang tersebut. Yanbei mengatakan proyek Tianqin akan mengamati gelombang gravitasi dari antariksa.

"Tianqin akan mengumpulkan informasi yang lebih baik karena lubang hitam yang lebih besar mungkin terdeteksi dari antariksa dibanding yang dideteksi dari daratan," kata Yanbei.

Selain proyek Tianqin, China ternyata punya satu proyek riset gelombang gravitasi lainnya yang dinamakan Ali. Nama proyek tersebut diambil dari pengamatan Akademi Antariksa China (CAS) yang berlokasi di Ali, Tibet. Proyek ini akan dipimpin oleh institut fisika energi tinggi CAS yang punya cakupan objek riset berbeda. Proyek Ali ini akan mendeteksi getaran pertama Big Bang, atau gelombang gravitasi awal.

Peneliti CAS, Zhang Xinmin mengatakan pemilihan lokasi riset di kawasan Ali, Tibet, karena lokasi ini punya cuaca bagus dan ketinggian yang tinggi. Disebutkan kawasan Ali merupakan salah satu dari empat lokasi di dunia yang optimal untuk mendeteksi gelombang awal di alam semesta.

"Ali akan (melakukan) lebih murah. Fase pertama akan butuh biaya sekitar 100 juta Yuan (US$15,23 juta) dan hasilnya diharapkan bisa diketahui dalam lima tahun," kata Xinmin.

Berbicara tentang riset gelombang gravitasi, China termasuk tertinggal. Tercatat dalam hal ini, AS lebih terdahulu mendalaminya. Untuk itu, Kepala institut fisika energi tinggi CAS, Wang Yifang mengatakan tim peneliti China mencari kerja sama internasional dan spesialis riset gelombang gravitasi dari luar negeri.

"Peneliti Harvard (University), MIT dan University of Chicago telah menyatakan ketertarikan dan kami telah sepakat dengan beberapa institusi riset AS," kata Yifang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya