'Teknologi Antikanker Warsito Tak Ancam Industri Farmasi'

Klinik riset kanker Edwar Technology yang didirikan Warsito P Taruno
Sumber :

VIVA.co.id – Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Siswanto menegaskan evaluasi teknologi antikanker yang dikembangkan Warsito Purwo Taruno adalah murni demi kepentingan ilmiah dan keamanan medis.

Kate Middleton Jalani Kemoterapi Preventif, Benarkah Bisa Bunuh Sel Kanker 100 Persen?

Siswanto menolak spekulasi evaluasi teknologi antikanker Warsito oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi itu, disebabkan karya pria asal Karanganyar, Jawa Tengah itu bakal mengancam eksistensi industri farmasi besar.

"Sama sekali tidak (ancam industri farmasi)" tegas Siswanto kepada VIVA.co.id, Kamis 11 Februari 2016.

Didiagnosis Kanker Pasca Operasi, Kate Middleton Jalani Kemoterapi

Pejabat lembaga litbang Kemenkes itu mengatakan, evaluasi teknologi antikanker Warsito dilakukan, karena pengembangan alat terapi kankernya harus dipastikan aman bagi pasien terapi.

"Bahwa pengembangan alat kesehatan untuk terapi itu harus bertahap," kata dia.

Akupunktur Sebagai Pengobatan Paliatif Kanker

Alat terapi kanker yang dibuat Warsito, kata Siswanto, masuk dalam kategori alat kesehatan kelas tiga. Untuk bisa membuktikan atau tidak aman dalam manusia, harus melalui tahapan pra dan uji klinik.

Tahapan pengembangan itu sekaligus untuk membuktikan secara ilmiah teknologi antikanker Warsito tersebut.

"Ini penting. Tahapan awal harus terbukti sampai akhir. Kalau enggak terbukti (pada tahapan tertentu), ya tidak bisa (jadi produk akhir)" ujarnya.

Sebelumnya diberitakan setelah evaluasi selama dua bulan, sejak akhir tahun lalu, Kemenkes dan Kemenristekdikti menyatakan masih dibutuhkan kajian atas teknologi antikanker Warsito.

“Hasil evaluasi tim review yang terdiri atas Kemenkes, Kemenristekdikti, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), KPKN (Komite Penanggulangan Kanker Nasional), menunjukkan bahwa ECCT (Electro-Capacitive Cancer Therapy) belum bisa disimpulkan keamanan dan manfaatnya,” ujar pelaksana tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, Tritarayati, di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Rabu 3 Februari 2016.
 
Maka selanjutnya, wanita yang akrab disapa Tari mengatakan, penelitian terhadap ECCT akan dilanjutkan sesuai dengan kaidah pengembangan alat kesehatan sesuai standar.

Ia menjelaskan, akan dikembangkan melalui pipeline (pipa saluran) pengembangan alat ECCT per jenis kanker, mulai dari pra-klinik sampai dengan klinik, yang sesuai dengan cara uji klinik yang baik (good clinical practice).

Diketahui, setelah merasa tak ada kejelasan dengan status teknolgi dan riset antikanker di dalam negeri, Warsito mengumumkan misi pelatihan teknologi ECCT di luar negeri melalui akun Facebooknya. Keputusan itu diambil setelah dia mengaku bingung dengan nasib teknologi antikanker yang ia kembangkan di dalam negeri.

"Warsawa adalah kota kelahiran Marie Curie, fisikawan, penemu Polon dan Radon, satu-satunya wanita yang meraih Nobel dua kali, pionir radio terapi 100 tahun lebih yang lalu. Sekarang, kami memulai pelatihan ECCT internasional pertama untuk pengobatan kanker dari tempat pertama kali Curie Intitute of Oncology, Warsawa didirikan," tulis Warsito dalam akun Facebooknya.

Setelah menggelar pelatihan di Polandia, ilmu teknologi antikanker Warsito sudah ditunggu-tunggu di Kanada, AS, Australia, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Rusia, Dubai, Arab Saudi sampai India. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya