Menristek: Saya Juga Pakai Alat Warsito, Tunggu Dua Bulan

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir.
Sumber :
  • Viva.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id –  Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, menyatakan penemu Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) untuk terapi kanker, Warsito Purwo Taruno, belum memilih untuk mengembangkan teknologi antikankernya di luar negeri.
 
“Warsito itu belum ke luar negeri, sekarang saya juga pakai alatnya beliau, dalam kaitannya bagaimana untuk pengurusan badan. Kami sudah bicarakan dengan Kemenkes, kalau hal ini besok juga saya akan bicarakan secara detil supaya jangan sampai peneliti-peneliti Indonesia itu akan hengkang dari Indonesia, mencari tempat yang lebih menguntungkan bagi mereka,” ujar Nasir kepada VIVA.co.id saat ditemui di Universitas Pertamina, Jakarta Selatan, Kamis, 11 Februari 2016.
 
Nasir kembali menegaskan, Kemenristekdikti dan Kemenkes masih dalam evaluasi teknologi Warsito. Ketika ditanya kapan evaluasi itu rampung, ia menjawab dalam beberapa bulan ke depan.
 
Lah ini saya akan lihat dulu, mudah-mudahan tidak terlalu lama keputusan ini, saya sudah sampaikan kepada pihak Istana agar dilakukan pembicaraan lebih detil. Dalam waktu satu dua bulan ada kepastian,” ungkapnya.
 
Sebelumnya, Warsito mengumumkan misi pelatihan teknologi ECCT di luar negeri melalui akun Facebooknya. Keputusan itu diambil setelah dia mengaku bingung dengan nasib teknologi antikanker yang ia kembangkan di dalam negeri.
 
"Warsawa adalah kota kelahiran Marie Curie, fisikawan, penemu Polon dan Radon, satu-satunya wanita yang meraih Nobel dua kali, pionir radio terapi 100 tahun lebih yang lalu. Sekarang, kami memulai pelatihan ECCT internasional pertama untuk pengobatan kanker dari tempat pertama kali Curie Intitute of Oncology, Warsawa didirikan," tulis Warsito dalam akun Facebooknya.
 
Setelah menggelar pelatihan di Polandia, ilmu teknologi antikanker Warsito sudah ditunggu-tunggu di Kanada, AS, Australia, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Rusia, Dubai, Arab Saudi sampai India.

Anak Kanker Tak Bisa ke RS Karena Pandemi, Ini Penanganannya
penyakit kanker

Tak Perlu Keluar Negeri, Indonesia Kini Punya Terapi Kanker Gunakan Teknologi Tenaga Nuklir

Kanker merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di seluruh dunia. Di 2018 kasus kan meningkat 28 persen di Indonesia. Pada 2021, lebih dari 2 juta kasus

img_title
VIVA.co.id
19 Oktober 2022