- www.cbc.com
VIVA.co.id – Teknologi kata sandi (password) telah makin berkembang. Jika dulu kata sandi berupa rangkaian angka dan huruf, pada masa digital saat ini sudah muncul kata sandi biometrik, misalnya kata sandi berbasis sidik jari sampai pengenalan wajah.
Namun demikian, meski kata sandi tersebut tergolong inovatif dan canggih, tapi metode kata sandi tersebut masih punya kelemahan. Misalnya, kata sandi melalui pengenalan wajah, mensyaratkan perangkat yang mumpuni, misalnya kamera perangkat harus bisa memotret wajah secara detail dan berdefinisi tinggi.
Tapi, di saat yang sama, kata sandi pengenalan wajah juga dikatakan mudah untuk dikelabui, sudah ada beberapa kasus yang terjadi.
Untuk itu, dikutip Gizmodo, Kamis 4 Februari 2016, ilmuwan Universitas Binghamton, New York Amerika Serikat menawarkan kata sandi biometrik tapi berbasis pencitraan otak. Jadi, ilmuwan menawarkan dengan memindai citra otak pengguna dan serangkaian kata dan gambar, maka sistem akan bisa memastikan bahwa Anda adalah pengguna yang sah atau tidak.
Proses ini melibatkan electroencephalograms (EEG) yang pengguna diharuskan melihat serangkaian 500 gambar yang meliputi kata, wajah selebriti, dan stok foto sederhana. Masing-masing gambar dimunculkan di layar dalam waktu setengah detik dan EEG akan memantau reaksi otak Anda atas gambar tersebut dan mengecek reaksi tersebut.
Sistem kode akses itu dapat berjalan dengan tiga elektroda yang bekerja setengah detik untuk satu gambar.
Disebutkan jika gambar lebah muncul di layar, seorang yang sangat alergi dengan lebah pastinya akan punya reaksi berbeda dengan orang yang tak takut dengan lebah. Ilmuwan mengatakan, karena jumlah gambar dan reaksi terus bertambah, maka kemungkinan memalsukan identitas ini akan makin susah.
Ilmuwan mengatakan, telah menguji gagasan ini. Dan kabar baiknya, pada pengujian awal secara positif mengidentifikasi pada kelompok 32 sampai 82 orang dan tingkat suksesnya pada saat itu mencapai 97 persen. Mesin penguji ini bisa memilih satu dari 30 orang dengan 100 persen ketepatan.
Ilmuwan mengatakan, jika tingkat kesuksesan sistem ini terus berlanjut pada orang yang lebih luas, sistem ini bisa dipertimbangkan sebagai opsi sistem keamanan.
Namun demikian, meski uji coba awal tampak menjanjikan, tapi sistem ini masih punya celah, yaitu bagaimana dalam pengarsipan reaksi orang pada semua gambar pada satu titik.
