Mimpi Menristek Kenalkan Bus Listrik dan Nuklir

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir.
Sumber :
  • Viva.co.id/Mitra Angelia
VIVA.co.id
Produksi Gas PHE Lampaui Target 2016, Ini Pendorongnya
- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Muhammad Nasir, mengatakan bahwa kementeriannya akan memperkenalkan teknologi bus listrik dan nuklir yang bebas emisi karbon. Kedua energi transportasi ini diharapkan bisa diterapkan di Jakarta.

Enam Bulan, Realisasi Investasi Energi Mencapai US$876 Juta
 
Ada Potensi Bahan Bakar Tersembunyi di Bawah Samudera
Menurut Nasir, kedua teknologi tersebut dapat membantu mewujudkan cita-cita Presiden Jokowi untuk mengurangi emisi karbon di Tanah Air hingga 29 persen hingga 2030. Misi itu disampaikan Jokowi pada pertemuan COP21 di Paris yang diikuti oleh lebih dari 140 negara.
 
"Di antaranya menggunakan
solar cell, wind hydro
, dan mungkin pada kesempatan lain, bagaimana masalah nuklir hydro. Ini paling tidak dikenalkan pada masyarakat Indonesia, padahal sangat bersih terhadap lingkungan,” ujar Nasir, Kamis, 3 Desember 2015 di Gedung Dikti, Senayan, Jakarta Selatan.

 

Nasir menambahkan, jika Energi Baru Terbarukan (EBT) itu dikembangkan secara keseluruhan, udara akan lebih baik.

 

Untuk pemanfaatan energi nuklir, Nasir mengatakan, Indonesia seyogyanya sudah mengembangkan energi nuklir untuk pangan dan pengobatan.

 

“Selama ini, nuklir untuk kesehatan dan pangan. Ini berhasil selama 50 tahun, dari tahun 1965,” katanya.

 

Kemudian, dengan pengalaman yang sudah berpuluh-puluh tahun itu, Nasir mengatakan bahwa Indonesia juga harus beranjak untuk menggunakan nuklir sebagai energi terbarukan.

 

Disebutkan bahwa Kemenristekdikti saat ini telah membuat pembangkit tenaga nuklir yang mampu menghasilkan 10 hingga 20 MW energi listrik. Tinggal bagaimana mengedukasi masyarakat mengenai kelebihan dan kebaikan dari energi ini.

 

Kemudian, terkait bus listrik, Nasir menyatakan bahwa Indonesia tengah berguru pada Finlandia. Mereka sedang menjajaki kerja sama dengan para peneliti Indonesia dan Finlandia.

 

“Contoh Jakarta. Saya ingin lakukan bagaimana namanya
electric bus
. Kami coba bekerja sama dengan para peneliti yang ada di Indonesia dan Finlandia yang canggih di dalam
electric bus
. Nah, ini yang akan kami kolaborasi,” ujar Nasir.

 

“Kalau ini semua jalan,
electric bus
bisa dioperasikan di Jakarta. Paling
enggak
mengurangi karbon yang ada di Jakarta, udara kita baik. Ini inovasi ke sana,” tutur Nasir. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya