Studi: 50 Persen Nama Spesimen di Museum Tak Akurat

Museum Tubuh Manusia di Bangkok
Sumber :
  • REUTERS/ Chaiwat Subprasom

VIVA.co.id - Studi terbaru mengungkapkan informasi yang ditampilkan di museum tak selamanya harus dipercaya.

Sebab studi yang dilakukan peneliti Universitas Oxford, Inggris dan Royal Botanic Garden, Edinburg, Amerika Serikat menunjukkan bahwa setengah spesimen sejarah alam di museum dunia menampilkan informasi yang tidak tepat alias salah.

Dikutip dari Telegraph, Selasa, 17 November 2015, untuk sampai kesimpulan ada banyak kesalahan penamaan pada spesimen, para peneliti mempelajari 4.500 spesimen gen jahe Afrika, Aframomum, yang telah secara cermat diidentifikasi dalam studi 2014.

Saat peneliti mengecek, dalam studi identifikasi sebelumnya sampai studi terbaru, mereka menemukan setidaknya 58 persen spesimen salah diidentifikasi atau dinamai dengan nama yang usang.

Tim peneliti menemukan saat spesimen dari tumbuhan yang sama dikirim ke museum berbeda seringkali dinamai dengan nama yang berbeda pula.

Ironisnya, peneliti mengatakan praktik kalangan kolektor yang mengambil beberapa sampel dari satu tumbuhan dan kemudian mendistribusikan ke museum merupakan praktik yang umum.

"Perkiraan konservatif kami, setengah spesimen sejarah alam dunia bisa dinamai salah," kata pemimpin studi, Zoƫ Goodwin.

Peneliti mengatakan, begitu terdistribusi, spesimen yang disebutkan seringkali dinamai secara independen oleh ahli dalam suatu tempat tertentu, bukan ahli yang membidanginya.

Saat tim peneliti menganalisa Dipterocarpaceae, keluarga pohon hutan hujan dari Asia, tim menemukan 9.222 koleksi telah dibagi menjadi dua atau lebih duplikat, ironisnya spesimen itu kemudian dilabeli sebagai spesies yang terpisah.

"Jadi setidaknya satu dari nama tersebut pastinya salah," kata John Wood, salah satu penulis studi.

Peneliti mengatakan, kesalahan terkandung dalam catatan yang dikumpulkan dan disimpan secara online. Itu terjadi saat tim peneliti menjelajahi catatan Ipomoea, genus besar dan beragam yang meliputi ubi jalar, di database Global Biodiversity Information Facility.

Dalam pengujian genus Ipomoea di fasilitas itu, tim peneliti menemukan 49.500 spesimen dari Amerika, yang mana 40 persennya masih dinamai dengan nama usang, 16 persen nama genus tersebut tidak valid, serta 11 persen spesimen itu tidak teridentifikasi, atau hanya diberi nama genusnya saja.

Peneliti menduga salah satu penyebab ketidakakuratan penamaan informasi pada spesimen karena banjir data spesimen dalam waktu bersamaan. Peneliti mengatakan ratusan ribu spesimen yang datang sekaligus tentu menyulitkan peneliti untuk meneliti masing-masing spesimen secara cermat.

Menurut catatan peneliti, lebih dari 50 persen spesimen sejarah alam dunia telah ditemukan sejak 1969, dan ilmuwan kurang sumber daya untuk melacaknya.

Tim peneliti prihatin ketidakakuratan penamaan pada spesimen itu telah dimasukkan ke dalam data base global yang akhirnya memungkinkan kesalahan identifikasi yang menyebar di seluruh dunia.

Begini Rupa Api Jenis Baru

"Tanpa akurasi nama pada spesimen, catatan di tempat koleksi di seluruh dunia akan jadi tak masuk akal karena tak sesuai dengan kenyataan di luar," kata Robert Scotland, peneliti dari Departemen Ilmu Tumbuhan di Universitas Oxford.

Saat ini ada sekitar 1,8 juta spesies di bumi, di antaranya meliputi 350 ribu spesies tanaman bunga dan 950 spesies serangga.

Scotland menunjukkan nama tumbuhan bunga pada umumnya tidak benar. Sementara peneliti lain menunjukkan nama untuk kerajaan serangga punya potensi situasi yang buruk.

Peneliti mengatakan salah satu upaya untuk menolong kekacauan ini adalah digitalisasi arsip spesimen dengan mempertimbangkan urutan DNA.

Bahaya Olimpiade Rio dari Sisi Ilmuwan
Bunga matahari

VIDEO: Kenapa Bunga Matahari Mengikuti Gerak Sang Surya?

Bunga matahari muda selalu menghadap ke timur saat pagi hari.

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016