Mengapa Manusia Tertarik dengan Alam Semesta?

Alam semesta
Sumber :
  • http://cutpen.com
VIVA.co.id
Indonesia Berambisi Bangun Bandara Antariksa
- Misteri alam semesta memang selalu menarik untuk ditelusuri. Sejak beberapa dekade lalu manusia melakukan observasi untuk memeriksa antariksa dan sekitarnya. Namun dasar dari penelitian itu masih menjadi misteri, mengapa manusia sangat tertarik pada alam semesta.

Lapan Beri Tips Lihat Fenomena Langka di Langit Besok

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, menjelaskan mengenai dasar dan alasan manusia bisa tertarik dengan antariksa. Hal ini bermula dari teori Newton yang dipaparkan Isaac Newton terkait teori gravitasi.
2017, Moon Express Buka Perjalanan Wisata ke Bulan


Berkat penemuan Newton itu, dikatakan Thomas, manusia semakin tertarik dengan alam semesta. Mengapa bulan mengitari bumi. Mengapa bumi mengitari matahari. Ternyata semuanya diakibatkan oleh gravitasi. Teori inilah yang sampai sekarang masih menjadi acuan untuk diterapkan, mulai dari penentuan objek-objek langit, hingga membawa manusia mengekplorasi luar angkasa, contohnya mengirimkan satelit bahkan mengirimkan manusia ke Bulan.


Pernyataan Thomas ini, disampaikan ketika menjadi pembicara dalam acara Star Party, rangkaian Pesta Rakyat Fisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Tema kegiatan yang bernama 'From Apple to The Moon' ini mengupas tuntas bagaimana teori Newton berhasil membawa manusia mendarat di Bulan.


Thomas memaparkan bahwa satelit yang mengitari bumi juga menjadi contoh dari prinsip gravitasi. Caranya, melempar kuat satelit dengan memanfaatkan tenaga roket peluncuran. Kemudian, satelit itu tidak sampai ke permukaan bumi maka satelit tersebut mengelilingi bumi.


"Jadi, gerak orbit satelit sebenarnya merupakan gerak jatuh ke bumi," ujar Thomas dikutip dari situs resmi LAPAN, Senin, 12 Oktober 2015.


Thomas mengungkapkan, proses peluncuran satelit itu menggabungkan berbagai teori astronomi, mulai dari Kepler, tentang hukum pergerakan planet dan penemuan-penemuan Galilei.


"Seperti halnya peluncuran satelit LAPAN-A2/ ORARI pada 28 September 2015, teori-teori tersebut juga diaplikasikan. Dengan demikian, LAPAN-A2 dapat terus berputar mengelilingi Bumi di ketinggian 650 kilometer," kata dia. Satelit lokal itu merupakan satelit yang membawa kamera untuk pengamatan bumi, sistem identifikasi kapal laut, dan sistem komunikasi radio amatir.


Cara Kerja Roket


Proses yang sama juga berlaku saat manusia menginjakkan kakinya di Bulan pada tahun 1969 silam dengan menggunakan wahana antariksa Apollo. Pesawat antariksa itu diluncurkan dengan menggunakan roket untuk diterbangkan di orbit tertentu. Ketika sudah mengorbit bumi, maka roket dimatikan.


"Pada titik tertentu roket dinyalakan kembali seakan-akan untuk memberikan tendangan agar dapat pindah ke orbit bulan, ini disebut dengan cambukan gravitasi. Setelah itu, roket pengereman digunakan untuk mendarat di permukaan bulan. Teori yang sama juga digunakan untuk penerbangan antarplanet seperti yang dilakukan oleh Voyager," tutur Thomas.


Untuk itu, Thomas mengingatkan, bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antariksa sangat penting. Pasalnya, antariksa memiliki banyak pemanfaatan. Maka dari itu, LAPAN melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang ini. Ia menjelaskan, sains antariksa dan atmosfer digunakan untuk mempelajari cuaca dan musim di antariksa serta dinamika atmosfer yang dapat memberikan pengaruh pada kehidupan manusia di bumi.


Pemanfaatan sains antariksa yang dimaksud, yaitu untuk memprediksi terjadinya badai matahari yang dapat berbahaya bagi teknologi tinggi buatan manusia. Kemudian, teknologi penerbangan dan antariksa dipelajari untuk mengembangkan pesawat transportasi dan membuat satelit dan roket peluncurnya.


Fungsi berikutnya, penginderaan jauh yaitu memanfaatkan satelit untuk pengamatan permukaan bumi. Salah satu contohnya, melalui satelit, LAPAN mengamati titik panas terkait kebakaran hutan selama 24 jam. Yang terakhir yaitu di bidang kajian kebijakan.


"Kajian ini diperlukan agar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan dan antariksa dapat memberikan manfaat bagi seluruh bangsa Indonesia," ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya